5. Ikut webinar tentang IKM bila perlu.
Saya sendiri sudah melakukannya sewaktu Kompasiana menggelar webinar bersama Kemdikbudristek 4 Maret 2022 lalu.Â
Webinar itu sebenarnya ditujukan untuk guru, dosen, dan pendidik, tapi saya ikut karena mau tahu bagaimana sekolah lain menerapkan IKM dan bagaimana pihak Kemdikbudristek menyosialisasikan hal tersebut.
Ternyata IKM sekolah yang jadi narasumber webinar serupa dengan yang dilakukan sekolah anak-anak saya. Mereka sudah berkolaborasi dengan orang tua untuk mencapai target prestasi tertentu di sekolah.
Prestasi itu termasuk nilai akademik yang memuaskan, makin bertambahnya pemahaman siswa tentang materi di mata pelajaran, dan dukungan orang tua dalam membimbing anak-anak mereka di rumah.
Formulasi Guru yang Kompeten Didukung Orang Tua Paten
Kurikulum Merdeka mendorong kompetensi guru ke level tinggi karena sudah tidak lagi dibebani oleh pekerjaan administratif. Dengan begitu guru akan punya waktu mencari cara efektif dan kreatif dalam menyampaikan pembelajaran sesuai karakteristik siswa di kelasnya.
Makanya orang tuanya jangan mau ketinggalan zaman. Posisi orang tua di Kurikulum Merdeka itu seperti obat paten yang merupakan obat yang baru diproduksi dan memiliki hak paten.
Pola pikir orang tua juga mesti diperbarui mengikuti perkembangan zaman, apalagi orang tua memiliki hak paten terhadap pendidikan anaknya.
Bila hak paten itu digunakan untuk terus jadi pendidik nomor satu bagi anak kita, sembari berkolaborasi dengan guru dan sekolah, maka sangat mungkin tujuan Kurikulum Merdeka akan tercapai optimal buat anak kita.
Jadi walau belajarnya di sekolah negeri, kualitas anak-anak kita tidak akan kalah dari lulusan luar negeri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H