Mau kurikulumnya ganti atau tidak sebenarnya tidak masalah, karena seperti apa pun kurikulumnya, anak pertama kali mendapat pendidikan dari kita, orang tua dan keluarga besarnya, bukan dari guru atau sekolah.
Pertama kali anak belajar mengenal suara, bahasa, huruf, angka, semua asalnya dari kita. Saat kita meninabobokannya saat bayi, berbicara, mengenalkan macam-macam warna, dan memperdengarkan anak dengan musik dan bunyi-bunyian.Â
Pun dengan etika dan tata krama. Salim (cium tangan) dengan kakek dan nenek atau paman dan bibi, makan dengan tangan kanan, berbicara tidak dengan kata-kata makian, mengucapkan permisi kalau mau lewat di depan orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Itulah pendidikan karakter paling duluan yang diterima anak sebelum dia masuk sekolah, dari keluarganya terutama orang tuanya.
Kurikulum Merdeka menguatkan pendidikan berbasis karakter yang sudah diterima anak di rumah menjadi makin kokoh.Â
Cara Orang Tua Berpartisipasi di Sekolah yang Menerapkan IKM
Di Kabupaten Magelang IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) baru diterapkan kelas 1 dan 4 (SD/sederajat), kelas 7 (SMP/sederajat), dan kelas 10 (SMA/sederajat). Kelas lainnya masih memakai Kurikulum 2013.
Sebagaimana Kurikulum 2013 yang perlu keterlibatan melibatkan orang tua (melalui komite sekolah dan paguyuban) dalam mengawasi dan berpartisipasi memajukan kualitas pendidikan di sekolah, di Kurikulum Merdeka juga sama.
Hal berikut bisa jadi cara bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam IKM di sekolah anaknya tanpa mengganggu kegiatan belajar-mengajar oleh guru kepada siswa.
1. Jangan ragu, sungkan, dan malu bertanya pada guru kelas tentang tugas, praktik, kegiatan sekolah, bahkan materi pelajaran yang kurang dipahami anak.Â
Soal kegiatan sekolah sebetulnya itu tugas ketua paguyuban yang meneruskan informasi tentang agenda sekolah (bila ada) ke orang tua/wali di kelasnya. Jadi tanpa kita minta pun ketua paguyuban mestinya rutin menginformasikan hal itu.Â
Namun, andai ketua paguyuban tidak berfungsi sebagaimana mestinya, Anda boleh bertanya langsung ke guru kelas. Sesekali saja, tidak perlu sering-sering.
2. Sekali-kali berpartisipasi dalam kegiatan kelas dan sekolah.Â