Secara umum ada beberapa keadaan yang membuat anak tertempa jadi mandiri. Anak SD yang dari luarnya kelihatan mandiri hanya karena dia bisa menyetrika seragamnya sendiri, mengerjakan PR tanpa disuruh, dan menyiapkan apa-apanya sendiri belum tentu mandiri jiwa dan pikirannya, seperti kata Jim Taylor, Ph.D.
1. Kondisi ekonomi. Keadaan yang membuat anak terpaksa mandiri tidak sesuai usianya adalah kondisi ekonomi keluarga.
Kedua orang tua si anak bekerja dan tidak mampu membayar pengasuh atau pekerja rumah tangga. Mau tidak mau anak harus mengurus kebutuhannya sendiri, bahkan kebutuhan adik-adiknya bila dia punya adik.
Anak SD yang seperti ini, terutama perempuan, berpotensi besar kehilangan masa kanak-kanak karena tidak bisa lagi bertindak sebagai anak-anak yang penuh keceriaan tanpa beban hidup.
Karena dibebani urusan orang dewasa dan bertindak layaknya orang dewasa, pikirannya jadi cepat "matang" dan si anak dewasa sebelum waktunya.Â
2. Masa lalu orang tua. Keadaan lain yang membuat anak dipaksa mandiri sebelum waktunya adalah orang tua yang bercermin pada masa lalu.
Dulu kelas 2 SD aku sudah bisa masak nasi sendiri. Dulu belum ada listrik aku tetap belajar pakai lampu minyak. Dulu gak dibantu orang tua aku bisa ngerjain PR sendiri.
Orang tua seperti ini menerapkan apa yang dilakukannya di masa lalu kepada anaknya di masa sekarang. Padahal anak jaman now tidak butuh bisa masak nasi sejak SD karena kebutuhan hidup mereka beda dengan jaman dulu.
Anak zaman sekarang lebih butuh orang tua yang melek internet supaya bisa mendampingi dan memberi pengertian atas efek buruk penggunaan medsos.
3. Gaya hidup dan perilaku orang tua. Orang tua yang mengidap FOMO (fear of missing out/takut ketinggalan tren) cenderung ingin anak mereka ikut hal yang sedang viral.
Misalnya membelikan anak es krim Mixue karena viral banget murah dan gedenya. Padahal anak penginnya es krim Aice karena ada bentuk yang lucu seperti jagung.