Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyikapi ANBK Lewat Pandangan Ideal Orangtua dan Anaknya

20 Oktober 2022   11:54 Diperbarui: 20 Oktober 2022   18:52 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supaya kemampuan AKM Literasi dan AKM Numerasi tercapai, sekolah melatih siswa kelas 5, 8, dan 11 supaya terbiasa mengerjakan soal-soal ala ANBK, sejak lama sebelum daftar peserta ANBK dikeluarkan oleh Kemdikbud.

Maka bisa dibilang kalau ANBK amat penting bagi sekolah karena jadi pembuktian kualitas sekolah tersebut. Skor akumulatif yang dihasilkan sekolah akan menjabarkan kompetensi mana saja yang harus dipertahankan atau ditingkatkan. Apakah kompetensi gurunya, peserta didiknya, fasilitasnya, atau bahkan karakter guru dan peserta didiknya.

Siswa dan ANBK

Siswa yang dipilih mengikuti ANBK ada 30 peserta utama dengan 2 peserta cadangan dari siswa kelas 5, 8, dan 11 yang dipilih secara acak dari sistem di Kemdikbud, bukan dari guru sekolah. Peserta cadangan gunanya untuk menggantikan peserta utama yang tidak bisa mengikuti ANBK saat hari H.

Soal-soal ANBK yang harus dikerjakan peserta semuanya adalah soal cerita untuk AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) Literasi dan AKM Numerasi. Soal dibuat dalam bentuk cerita bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa.

Karenanya soal ANBK mudah dikerjakan oleh siswa yang terbiasa membaca (buku, majalah, berita online dsb), tapi sulit dikerjakan oleh siswa yang jarang membaca.

Siswa yang jarang membaca cepat bosan saat mengerjakan soal cerita dalam ANBK karena otaknya tidak terlatih untuk berpikir secara lambat. 

Contoh soal ANBK pada buku Detik-detik ANBK susunan Fera Atmawati, Herdita Fajar Isnaini, dan Niki Aktania Renjani | Dokumentasi pribadi
Contoh soal ANBK pada buku Detik-detik ANBK susunan Fera Atmawati, Herdita Fajar Isnaini, dan Niki Aktania Renjani | Dokumentasi pribadi
Berpikir lambat tidak sama dengan otak lemot, ya, tapi berkaitan dengan kemampuan kognitif.

Menurut Dr. Ahmad Susanto, M.Pd, penulis buku Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar yang dimuat dalam blog Gramedia, mengatakan bahwa membaca dapat melatih kemampuan kognitif anak. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian.atau peristiwa.

Maka tidak aneh kalau kebanyakan peserta ANBK mengerjakan soal dengan asal-asalan alias asal memilih jawaban yang tersedia, tanpa membaca soal dengan teliti. Mereka cepat bosan karena otak tidak dibiasakan berpikir secara lambat untuk membangun kontruksi logis dalam memproses suatu informasi, seperti yang terjadi saat kita sedang membaca buku.

Sebagian dari peserta ANBK di sekolah anak kami bahkan tidak mengerjakan soal sampai selesai saat gladi bersih karena kehabisan waktu.

Ketidaksukaan anak pada membaca dapat dimaklumi. Semua peserta ANBK di jenjang SD-SMA adalah Gen Z dan Gen Alpha yang secara alamiah memang lebih suka nonton TikTok, YouTube, dan nge-game. Yang paling sering mereka baca selain pelajaran sekolah adalah pesan WhatsApp. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun