Pelaku hustle culture di kantor kami cuma founder dan co-founder yang seolah bekerja tanpa henti, online dan offline.
Staf dari negara-negara lain yang bekerja dari kantor, senangnya, tidak ada yang berlagak workaholic atau sok lembur. Semuanya pulang tenggo (teng langsung go) pukul 17.45 waktu Singapura. Bedanya, staf lain jajan-jajan dulu sebelum kembali ke apartemen, tim Indonesia langsung pulang saking sungguh-sungguh mengirit uang makan demi bisa pulang ke Indonesia bawa banyak uang.
Uang Makan
Bagaimana cara mengirit uang makan? Uang makan yang disediakan kantor per hari sebesar 19 dolar Singapura, cukup untuk makan 3 kali sehari di rumah makan sekelas warteg.Â
Ada tempat makan yang murah-meriah, tapi lokasinya lumayan jauh dari apartemen dan kantor, jadi tidak efisien karena harus mengeluarkan biaya MRT.
Bila gaji diberikan dalam mata uang rupiah langsung ke rekening, uang makan diberikan tunai per bulan dalam mata uang dolar Singapura.
Sebelum bersedia bekerja secara remote lalu diminta bekerja dari kantor, kami sudah tahu berapa duit yang akan kami terima. Jadi, kami sangat sadar dan satu sama lain tidak pernah mengeluhkan kecilnya take home pay.Â
Karena itu kami masing-masing bawa mi instan, beras, sarden, abon, dan penyedap rasa. Tidak banyak. Kalau banyak-banyak kuatir dicurigai di bandara dikira penyelundup.Â
Bekerja dari kantor start-up itu tidak selamanya, cuma setahun. Setelah setahun semua staf diminta pulang ke negara masing-masing untuk bekerja kembali secara remote.
Diakuisi Isentia
Beberapa bulan sebelum saya resign, sudah ada desas-desus sesama staf kalau Brandtology akan dibeli Isentia dari Australia karena prospek dan valuasinya yang cerah.
Proses akuisisi itu betul berjalan setelah saya resign. Saya resign bukan karena gajinya kecil, tapi karena anak pertama saya sudah berusia enam bulan dan butuh perhatian ekstra dari ibunya.
Kini start-up tempat saya pernah bekerja itu masih beroperasi. Mungkin sudah tidak lagi jadi start-up karena sudah membesar selama 14 tahun dan berubah nama jadi Isentia Brandtology.Â