Penyebab seseorang mengidap musical anhedonia kemungkinan besar karena faktor genetik saat lahir atau kecelakaan yang menyebabkan cedera atau trauma di kepala.Â
Karena itu, meski turunan dari social anhedonia, banyak psikolog dan psikiater berpendapat bahwa musical anhedonia bukanlah gejala depresi dan gangguan mental, tapi kondisi karena kerusakan saraf.
Kondisi anhedonia musik diderita oleh lima persen orang dari total populasi dunia pada 2016-2019.
Sampai kini saya belum menemukan literatur apakah musical anhedonia dapat disembuhkan atau tidak. Sampai 2019 baru ditemukan korelasi antara terputusnya bagian saraf yang mempengaruhi orang untuk menikmati musik.
Berbahagialah kita yang dapat menikmati musik dan ikut bersenandung bila mendengar musik kesukaan.
~~~
Memperingati Hari Musik Sedunia, 21 Juni 2021.
If I were not a physicist, I would probably be a musician. I often think in music. I live my daydreams in music. I see my life in terms of music.
-Einstein, 1929.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H