Mirip seperti di Singapura dan India, bahasa Inggris di Malaysia juga punya bahasa pergaulannya sendiri yang diciptakan oleh kaum muda hasil mencampur dan memodifikasi bahasa Melayu dan Mandarin (kadang dengan Hokkian).
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya, kalau tidak ada kesadaran menulis dan menuturkan Indonesia yang baik dan benar sesuai PUEBI, bangsa kita tidak lama lagi bakal sama dengan India dan Malaysia. Terseret bahasa Inggris dan lupa dengan bahasa ibunya, baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia.
Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencatat ada 718 bahasa daerah yang masih aktif dituturkan oleh suku bangsa di Indonesia.Â
Secara alami orang Indonesia sudah fasih dua bahasa sekaligus (bilingual) sejak masuk usia sekolah, yaitu bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia. Hebat, kan!
Keragaman bahasa daerah itu juga tidak akan menenggelamkan bahasa Indonesia, justru memperkaya.
Bahasa Indonesia harus lebih banyak dipakai untuk bercakap-cakap dengan orang berbeda suku, pun harus lebih sering dipakai untuk penulisan berita, makalah, jurnal, dan sastra dengan memerhatikan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
Maka dari itu, supaya terhindar seperti negara-negara tetangga yang melupakan bahasa aslinya, maka Bahasa Indonesia harus dilestarikan dengan cara dituturkan dan ditulis sesering mungkin. Pidato kenegaraan pejabat yang wajib menggunakan bahasa Indonesia di forum internasional sudah tepat karena mencerminkan kebanggaan terhadap bahasa bangsanya sendiri.
Walau demikian, orang Indonesia yang ingin fasih berbahasa Inggris dan bahasa lain di dunia juga boleh, mana mungkin dilarang, karena orang bebas mencari pekerjaan dan kebahagiaan di belahan dunia manapun. Saya juga kadang belagak keminggris di Twitter supaya teman-teman yang tidak mengerti bahasa Indonesia bisa tahu isi twit saya.
Anda juga bisa melestarikan bahasa Indonesia dengan cara banyak membaca buku karangan penulis dan pengarang Indonesia dan menulis di Kompasiana.
Dapat K-Rewardnya juga lumayan, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H