Sebagian dari kita sudah mengenal Singlish alias Singapore English. Orang Singapura menggunakan bahasa Inggris yang sudah dicampur dan dimodifikasi dengan bahasa Mandarin dan Melayu. Bagi yang belum biasa mendengar Singlish pasti akan bingung menerka apa gerangan maksud dari kalimat yang dilontarkan si penutur.Â
Jika di Singapura ada Singlish, di Indonesia lain lagi. Percampuran antara bahasa Inggris milik orang Britania Raya (British) dan Inggris yang dituturkan orang Amerika juga sering terjadi.
Beberapa waktu lalu saya pernah kena tegur majikan karena ada kerabat kerja saya membuat laporan menggunakan bahasa Inggris campuran British dan Amerika. Hal yang demikian dianggap membingungkan dan inkonsistensi karena laporan resmi untuk klien harusnya menggunakan satu kiblat saja.
Di negara kita lazim ditemukan bahasa Inggris campur antara British dan Amerika pada kosakata, semisal cookie (Amerika) dan biscuit (British), soccer dan football, color dan colour, favourite dan favorite, film dan movie, juga flyover dan overpass.
Selama ini kita akrab mengenal jalan lintas atas dengan nama flyover dan jalan lintas bawah dengan nama underpass, yang berarti campuran antara Inggris British (flyover) dan Inggris Amerika (underpass).
Semasa saya sekolah di kelas 1 SMP (sekarang kelas 7), guru bahasa Inggris mengajarkan Inggris British juga Inggris Amerika. Lambat-laun, mungkin karena susah bagi anak-anak era 90-an mengingat dan melafalkan kosakata bahasa Inggris dari dua kiblat sekaligus, maka di kelas 2 guru hanya mengajarkan Inggris Amerika saja.
Contoh kata sama namun beda pelafalannya, yaitu mobile. Pada Inggris British dilafalkan "mobail" dan pada Amerika diucapkan "moubeul". Juga kata foreign, pada British diucapkan "farin" sedangkan pada Amerika dilafalkan jadi "forein".
Kalau melihat buku pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar anak saya, yang dipakai saat ini adalah Inggris Amerika, entah di SMP atau SMA/SMK.
Bagi orang Indonesia, bahasa Inggris adalah bahasa ke sekian karena kita sudah punya bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu bagi ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Maka itu, wajar kalau kita sulit menerapkan bahasa Inggris hanya dari kiblat Inggris saja atau Amerika saja, toh orang Singapura juga malah menciptakan bahasa Inggris sendiri alih-alih "taat" pada Inggris British.
Pun orang India punya Indian English (IndE) meski secara resmi bahasa persatuan mereka adalah Inggris British. Ini sama seperti di Malaysia dimana penduduk di perkotaan sudah memakai bahasa Inggris, disebut Malaysian English (MyE) yang berpatokan pada Inggris British, alih-alih bercakap Melayu.
Mirip seperti di Singapura dan India, bahasa Inggris di Malaysia juga punya bahasa pergaulannya sendiri yang diciptakan oleh kaum muda hasil mencampur dan memodifikasi bahasa Melayu dan Mandarin (kadang dengan Hokkian).
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya, kalau tidak ada kesadaran menulis dan menuturkan Indonesia yang baik dan benar sesuai PUEBI, bangsa kita tidak lama lagi bakal sama dengan India dan Malaysia. Terseret bahasa Inggris dan lupa dengan bahasa ibunya, baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia.
Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mencatat ada 718 bahasa daerah yang masih aktif dituturkan oleh suku bangsa di Indonesia.Â
Secara alami orang Indonesia sudah fasih dua bahasa sekaligus (bilingual) sejak masuk usia sekolah, yaitu bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia. Hebat, kan!
Keragaman bahasa daerah itu juga tidak akan menenggelamkan bahasa Indonesia, justru memperkaya.
Bahasa Indonesia harus lebih banyak dipakai untuk bercakap-cakap dengan orang berbeda suku, pun harus lebih sering dipakai untuk penulisan berita, makalah, jurnal, dan sastra dengan memerhatikan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
Maka dari itu, supaya terhindar seperti negara-negara tetangga yang melupakan bahasa aslinya, maka Bahasa Indonesia harus dilestarikan dengan cara dituturkan dan ditulis sesering mungkin. Pidato kenegaraan pejabat yang wajib menggunakan bahasa Indonesia di forum internasional sudah tepat karena mencerminkan kebanggaan terhadap bahasa bangsanya sendiri.
Walau demikian, orang Indonesia yang ingin fasih berbahasa Inggris dan bahasa lain di dunia juga boleh, mana mungkin dilarang, karena orang bebas mencari pekerjaan dan kebahagiaan di belahan dunia manapun. Saya juga kadang belagak keminggris di Twitter supaya teman-teman yang tidak mengerti bahasa Indonesia bisa tahu isi twit saya.
Anda juga bisa melestarikan bahasa Indonesia dengan cara banyak membaca buku karangan penulis dan pengarang Indonesia dan menulis di Kompasiana.
Dapat K-Rewardnya juga lumayan, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H