"Ada apa dengan Ronal?"
Sally menyerahkan tas kulit warna coklat kepada Samin, "Ini titipan dari Bang Ronal. Dia minta maaf atas kelakuan jahatnya kepada Anda semasa sekolah. Dia juga minta maaf tidak bisa datang langsung kesini karena sedang berobat di luar negeri."
Samin menerima tas itu, "Apa isinya?"
"Isinya tidak seberapa. Mohon maaf kami tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin minta maaf dan memberi kompensasi atas perundungan yang dilakukan Bang Ronal kepada Anda. Tolong maafkan Bang Ronal ya, Mas Samin," Sally berkata sehalus mungkin.
Sally sebenarnyalah ingin mengatakan bahwa Ronal sedang menanti ajal. Tapi tidak ada gunanya, sebab yang sangat dibutuhkan Ronal adalah maaf dari Samin bukan yang lain.
Ronal beberapa kali menyebut Samin dalam tidurnya dan Sally perlu waktu berminggu-minggu untuk mencari tahu siapa Samin dan melacak keberadaannya.
Jiwa Ronal pisah dari raganya setelah Sally membisikkan bahwa Samin telah memaafkannya dan bersedia menerima bantuan dari Ronal.
Dan Samin masih menyimpan lima puluh juta rupiah pemberian Sally di balik kasurnya. Motor matic hadiah dari Sally sedang dipakai Anto mengantar ibunya ke pasar.
Samin memanjatkan doa sepenuh hati kepada Sang Khalik untuk ibunya, untuk Ronal, untuk Sally, dan untuk semua orang yang dikasihinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H