Baru-baru ini Saya mendengar sebuah podcast dari Deddy Corbuzier dalam salah satu platform yang membuat saya terkejut.Â
Dalam podcast tersebut, Deddy membahas tentang konsep transactive memory. Konsep ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyimpan informasi secara kolektif dengan orang lain di sekitar kita.
Dalam podcast tersebut, Deddy membahas bagaimana media sosial telah memengaruhi transactive memory kita bahkan Deddy menyebut ada penelitian bahwa fokus kita lebih rendah dari Ikan Mas.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial, informasi yang kita terima semakin banyak dan kompleks. Hal ini membuat pengambilan keputusan kita menjadi lebih sulit, karena informasi yang diterima seringkali kontradiktif atau bahkan tidak akurat.
Pengalaman saya sendiri, saya seringkali merasa bingung dan kehilangan kejernihan dalam mengambil keputusan ketika saya terlalu banyak terpapar informasi dari media sosial.Â
Hal ini tidak hanya berdampak pada keputusan pribadi, tapi juga keputusan yang bersifat kolektif, seperti keputusan dalam organisasi atau bahkan keputusan politik.
Banyak informasi yang dapat diakses di media sosial, mulai dari berita terkini, opini orang lain, hingga informasi yang berkaitan dengan bidang tertentu. Namun, terlalu banyaknya informasi yang tersedia bisa mengurangi kejernihan dalam pengambilan keputusan.
Kita mungkin akan merasa terlalu kewalahan dengan informasi tersebut dan kesulitan untuk memfilter mana informasi yang penting dan mana yang tidak.Â
Sebagai contoh, ketika kita mencari informasi tentang kesehatan, kita mungkin akan menemukan banyak artikel yang saling bertentangan dan sulit untuk menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.
Selain itu, media sosial juga sering dipenuhi dengan informasi yang kurang dapat dipercaya atau bahkan palsu. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti motif dari pembuat konten, informasi yang sudah usang, atau ketidaktahuan seseorang tentang topik yang dibahas.Â