Malam itu saya tidur nanti bangun jam 4 sore besoknya. Saya sendiri kaget.
Efek negatifnya bagi mental saya adalah saya jadi tidak berani untuk bicara dalam forum manapun. Bahkan saat pertemuan konsultasi bertiga dengan kedua pembimbing, saya sering diam dan manggut2 saja.Â
Saya mengalami stress yang berkepanjangan.
Tiap kali mengikuti pertemuan manapun di ruang virtual. Saya mengalami kelelahan mental yang terasa berat. Karena saya terus merasa tertekan, tidak mengerti dengan apapun yang ada di situ.
Situasi yang menekan ini membuat saya serba salah. Saya ingin bergabung dengan komunitas akademik Leeds, tapi saya tidak mampu. Sementara saya sendiri tidak punya teman diskusi di Bitung, tempat saya tinggal.Â
Akhirnya penelitian saya mandeg alias jalan di tempat. Atau lebih tepatnya menjadi makin tidak jelas.
Ini diperkeruh dengan Kota Bitung yang seringkali hilang signal internet. Puncaknya ialah ketika bulan Desember 2020 saya melaksanakan pertemuan konsultasi dengan para pembimbing, yang seyogyanya dilaksanakan sekali dalam tiap bulan.Â
Saat saya baru masuk ruang virtual, listrik mati dan signal internet hilang.Â
Koneksi terputus.
Saya betul-betul merasa tersesat dan rupanya hal yang sama dialami juga oleh kedua pembimbing. Di tengah studi yang kacau, pertemuan yang cuma sebulan sekali dan tidak bisa di atur ulang jadwalnya karena kesibukan mereka, harus terbuang sia-sia.
Saya merasa kacau waktu itu. Yang diperparah dengan semua harus kutanggung sendiri. Semua orang tidak bisa mengerti apa yang saya alami karena mereka pikir saya pintar. Superhero. Padahal saya hancur di dalam.