Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Euphoria Umur 20-an Tidak Perlu Berlebihan

23 Juni 2023   16:49 Diperbarui: 23 Juni 2023   17:08 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Umur 20an sudah diromantisasi sedemikian rupa.

Berbagai istilah telah diciptakan untuk menciptakan kesan pentingnya fase umur itu.

Quarter-life crisis, twentysomethings dan sebagainya.

Mulai dari YouTube, Facebook, Twitter sampai koran online membicarakan topik ini.

Dunia perbukuan pun tak lepas dari ini.

Untuk kepentingan Klub Baca Asik di Leeds yang saya ikuti, kami membahas buku yang terkait topik ini.

Buku karya Meg Jay yang berjudul "The Defining Decade: Why Your Twenties Matter and How to Make the Most of Them Now**"** yang menjadi fokus kami.

Buku yang awalnya terbit di tahun 2012 ini terus menjadi sorotan sehingga terus dicetak ulang. Kemungkinan karena buku ini mendukung bahkan menjadi alat untuk mempertegas tren romantisasi umur 20an.

Buku Jay ini sebenarnya olahan rekaman praktek psikologi klinis yang dijalani selama bertahun-tahun. Ia mendapati bahwa ternyata tahun 20an ini banyak sekali menjadi ruang penyesalan bagi anak muda Amerika Serikat.

Buku itu banyak berisi testimoni pasiennya Jay tentang hal itu.

Singkatnya, penyesalan itu muncul terutama karena para pasien itu merasa umur 20an nya tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Ada tiga ranah yang menjadi fokus perhatian Jay dalam buku ini. Ketiga ranah itu juga menjadi aspek keresahan bagi pasien yang ditanganinya.

Ketiga hal itu adalah adalah pekerjaan, cinta dan otak-tubuh.

Secara kultural, memang dibicarakan oleh Jay itu adalah sesuatu yang lumrah. Umur 20an biasanya menjadi masa di mana orang mulai memperhatikan soal ketiga hal itu.

Secara khusus, Jay membahas bagaimana umur 20-an menjadi saat untuk menentukan identitas, membangun hubungan percintaan yang serius dan untuk memperhatikan kesehatan mental secara lebih intensif.

Umur 20-an saat seseorang mulai mempertimbangkan pekerjaan apa yang akan dijalani. Hal itu penting karena pekerjaan seringkali berkaitan dengan identitas kita. Begitu juga dengan kehidupan sosial. Fase umur itu kita mulai mempertimbangkan bagaimana hidup kita dipandang orang lain. Terutama kita mulai berupaya agar kita bisa kelihatan dewasa di hadapan orang lain.

Umur 20-an saat di mana seseorang mulai bosan dengan cinta-cintaan. Saat di mana seseorang memperhatikan hubungan serius dengan orang lain. Sebab di umur ini tuntutan hidup mulai tinggi, waktu juga mulai dirasa terlalu berharga untuk disia-siakan.

Umur 20-an juga saat di mana kesehatan mental dan fisik mulai memberi signal terhadap diri kita. Menurut Jay ini semacam tabungan yang akan menjadi lebih intens di tahun-tahun mendatang.

Sedikit banyak saya setuju dengan Jay soal ini.

Umur 20-an memang berpengaruh bagi kehidupan seseorang selanjutnya.

Refleksi saya pribadi, memang saya membuat keputusan besar dalam hidup di fase umur itu. Minimal ya saya memutuskan untuk menikah dan memilih pekerjaan. Dan keputusan itu berpengaruh bagi hidup saya yang sudah 30-an sekarang.

Namun, sebagaimana saya setuju dengan Jay, saya juga punya hal yang menjanggal. Terutama ketiga fase umur 20-an ini diromantisasi sedemikian rupa. Jay sendiri bukan meromantisasi, tapi menetapkan bahwa itu adalah fase yang menentukan kehidupan selanjutnya, judulnya saja "The Defining Decade."

Ketiga hal tadi, pekerjaan, cinta dan otak-tubuh itu sebenarnya bisa terus diperbaharui dalam umur 30-an, 40-an dst. Self-discovery bukan hanya terjadi di umur 20-an.

Soal pekerjaan misalnya, saya merasa saya sudah memilih pekerjaan yang cocok di umur 20-an. Setelah masuk 30-an, saya mendapat kesadaran bahwa pekerjaan itu sebenarnya tidak terlalu cocok dengan personality saya.

Saya kemudian mencari hal lain lagi untuk memuaskan dahaga jiwa saya. Ini juga saya kira terjadi pada orang lain. Banyak pengusaha besar yg menjadi sukses di fase umur setelah 20-an.

Soal percintaan juga begitu. Sebagai orang yang sudah menikah, saya merasa bahwa cinta perlu terus diperbaharui juga. Di umur 20-an saya memulai pernikahan tapi di umur 30-an sekarang saya merasa perlu memperbaharui cinta saya karena pasangan kita kan terus berubah. Kita perlu mengikuti perubahan itu.

Romantisasi masa lalu tidak terlalu bermanfaat untuk hubungan percintaan menurut saya. Kita perlu mencintai pasangan kita yang hidup sekarang bukan dirinya di masa lalu. Ini membuat sebenarnya untuk hal hidup bersama dengan pasangan, bisa dimulai kapan saja. Tidak perlu dibatasi di umur 20-an, 30-an dst.

Begitu juga dengan soal otak-tubuh. Sekarang ini masalah mental health sudah menyerang anak-anak dan remaja. Bukan hanya umur 20-an.

Singkat cerita, Umur 20-an tidak se-defining seperti yang Jay bilang.

Saya tidak memungkiri bahwa umur itu penting. Tapi itu tidak perlu membawa tekanan yang begitu besar bagi orang-orang yang akan melaluinya.

Diskusi ini mengingatkan saya pada teori Carol Dweck soal Growth Mindset dan Fixed Mindset. Jika kita berpikir bahwa satu fase umur di awal hidup seperti umur 20-an menentukan kehidupan kita selanjutnya, maka kita bisa terjebak dalam dalam FM.

Perlu ada perubahan mindset bahwa sebenarnya kita bisa terus belajar seumur hidup kita seperti dalam GM.

Umur 20-an itu penting dan perlu dirayakan. Tapi tidak perlu berlebihan karena kita bisa terus belajar dan memperbaiki hidup kita di umur-umur kita selanjutnya.

Yang perlu dilakukan hanya seperti yang disarankan oleh Meg Jay, menjalani umur 20-an secara sadar (intentional), tidak perlu ikut-ikutan dengan orang lain. Jadilah diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun