Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bangkrut Bangkit Bangkrut Pasrah

16 Januari 2023   23:11 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:21 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangkrut Bangkit Bangkrut Pasrah

Kisah pengalaman pahit dalam hidupku, mungkin takan pernah tergantikan oleh apapun. Entah ini bisa menginspirasi atau tidak, tetapi ini memang nyata aku alami sendiri. Kalau pun ada hal positif semoga bisa diambil hikmahnya 

Usai aku memutuskan resign dari kerjaan, karena sesuatu hal terkait beda pendapat atau beda prinsip dengan rekan sejawat. Dan kebetulan juga sudah tidak mau lagi menjadi budak corporate terus menerus.

Aku pun pulang dengan sepeda motor ku. Melewati beberapa kabupaten dan kota, tanpa mikir besok kerja apa, mau usaha apa. Yang penting aku bisa pulang dahulu, untuk menemui istri tercinta ku dan anak sulungku yang masih balita.

Aku pun sampai dirumah, kebetulan istri ku, kala itu masih mengajar di salah satu taman kanak-kanak swasta. Aku pun tidur dengan pulasnya, karena aku sendiri tak tahu mau apa lagi. Duit tak punya, kerjaan tak ada, usaha pun tak ada juga.

Tapi, memang aku orangnya suka usaha apapun. Dan tidak kapokan, selalu pingin mencoba dan terus mencoba. Lucunya lagi,kondisi ku pun dialami oleh istriku. Jadi ketika pulang kerumah dan bertemu dengan ku. Ternyata punya niatan sama, yaitu menceritakan kondisi yang dialami.

Lucu memang, satu dua hari terus minggu hingga bulan. Kami kuat menjalani hidup apa adanya, tanpa ada kerjaan apapun. Dan tanpa ada pemasukan apapun. 

Tak ada hujan tak ada angin. Ada orang datang, bahwa kontrakan yang kami tempati. Mau ditempati yang punya, sehingga secepatnya harus meninggalkan kontrakan tersebut. Kami pun dikasih waktu lima hari. 

Bayangkan saja, lima hari tak punya uang sepeser pun. Tapi harus nyari kontrakan, akhirnya kuputuskan menjual motor kesayangan ku. Duitnya buat ngontrak rumah dan sisanya buat beli motor butut.

Dikontrakan baru pun kondisinya lebih parah lagi, kadang tidak makan sehari sampai dua hari. Begitu pula anak ku pun sama. Tapi meski masih ada asi istriku. 

Saat anaku minta jajan karena melihat anak kecil lainya pada beli jajan. Aku pun hanya bisa menyuruh anak ku, untuk segera masuk kekontrakan.

Sambil memberikan harapan besok beli, besok beli ditengah raungan tangisan anak ku tercinta. 

Disaat seperti itu, amarah ku pun mulai bangkit. Tapi tak bisa tersalurkan, kala melihat istriku berkaca-kaca.

Sambil menenangkan anak ku. Yang selalu berucap, ak tak pernah jajan, aku tak pernah jajan. Kapan aku jajan. 

Tanpa aku sadari, tidak terasa aku juga meneteskan air mata. Sambil melangkah masuk kemar, untuk memakai celana jins dan kemeja kesayangan ku.

Entah darimana datangnya, kapan aku dan istri ku menyimpannya. Saat aku mau mengambil celana ditumpak kardus diatas tempat tidur ku. Aku menemukan lima lembar uang ratusan. 

Sumpah demi tuhan, ini kisah nyata yang ku alami sendiri. Entah itu rejeki dari siapa dan darimana aku tak tahu. Istriku pun tak tahu menahu. Bahkan saat pindahan pun tak ada duit segitu banyaknya.

Aku pun terus mencari duit ditumpak baju ku. Dan ternyata ada lagi, dengan jumlah hampir 3 juta. Dan kuputuskan ngajak anak ku untuk beli jajan, beli keperluan rumah tangga sekalian bayar listrik. 

Setelah itu, aku pun tak putus-putusnya berdoa kepada tuhan sang pemilik alam semesta. Dan aku pun terus mencoba dan terus mencoba untuk selalu berusaha semampu ku.

Entah itu, kerja kuli bangunan, kuli panggul maupun lainya. Pokonya kerja serabutan yang penting halal. Bahkan bikin apapun lalu dijual kepada siapapun, tak hentinya aku lakukan. Buat mencukupi makan anak istriku,serta buat bayar listrik. Setiap hari aku mulai begitu dan terus begitu. Walaupun hasil hari ini buat dimakan hari ini. Besoknya mencari lagi.

Ditengah penderitaan ku, datang sebuah keberuntungan. Yang mana ada seorang teman, mau mengajak diriku bisnis buku pelajaran. Tanpa pikir panjang, akupun mengiyakan permintaanya. 

Panas hujan dilalui ku dengan semangat. Tanpa mengenal lelah, kesana kemari. Masuk kesana kemari, lobi sana lobi sini. Bersama teman ku.

Dan dalam rentang beberapa bulan. Aku dan temanku, bisa sukses mencapai target penjualan. Bahkan bisa dikata paling besar yang pernah ada, hingga akhirnya aku dan teman ku, mendapatkan bonus sangat besar.

Hasil dari itu, aku pun bisa kridit rumah, bisa kridiy mobil buat operasional. Serta bisa beli motor. 

Bulan demi bulan, tahun demi tahun terus berlalu. Bisnisku terus maju pesat, ada suka ada duka. Ada yang pro ada juga yang kontra. Ada juga yang bangga, banyak juga yang iri hati. 

Itulah hidup didunia, hingga aku pun merasakan kepahitan dari semua itu. Yang berujung pada perpecahan.

Hingga keributan pun terjadi, dengan mitra ku sendiri. Akhirnya, aku putuskan untuk buka usaha sendiri, tanpa bantuan teman maupun kolega ku lagi.

Tapi dasarnya manusia serakah, aku pun dihambat habis-habisan. Hingga gulung tikar tanpa sisa. Kondisi tersebut telah memaksaku beralih profesi.

Sempat aku beralih profesi sebagai petani. Tapi hasilnya sama, bahkan rugi puluhan juta sampai ratusan juta. Dan aku pun bangkrut lagi, hingga memilih menggeluti usaha jual buku atk serta main proyek.

selang beberapa lama, aku pun bangkit lagi dari kebangkrutan. Karena dasarnya aku memang suka atau doyan bisnis mapun usaha. 

Jadi tetap saja tak ada kapoknya, meski sudah merasakan ditikung teman, ditipu teman dan lainya.

Secara materi dan apapun,saat itu aku sudah mapan sekali. Namun aku juga punya utang dibank dan lainya. Yang memaksa ku untuk selalu mengangsur setiap bulanya.

Setelah sekian puluh tahun, aku pun kena bangkrut lagi, secara bertubi-tubi. Hingga menguras semuanya. Kemudian bablas tak tersisa alias menjadi nol semuanya. 

Tapi aku sangat bersyukur. Sebab, semua angsuran telah aku lunasi semuanya, walau dari hasil menjual semua aset-aset ku. Karena malu sama tetangga, lantara terlalu sering kena tegur sampai didatangi petugas bank untuk mengingatkan agar tidak selalu terlambat saat mengangsur.

Akhinya, aku pun ngontrak kesana kemari lagi. Tapi kini bebanku bertambah banyak. Kalau dulu hanya anak masih satu, itu pun masih kecil. Namun sekarang sudah punya anak tiga, dengan kondisi sudah beraanjak remaja. Yang mana kebutuhan jelas sangat berbeda. Tentunya lebih besar lagi, baik untuk biaya sekolah, jajan dan lainya.

Bisa dibayagkan sendiri. Di usia ku yang sudah bangkotan, belum punya rumah belum punya modal serta masih butuh modal. Namun sangat sulit saat meminta modal, sebab selalu ditolak terus kala mau mengajukan kridit modal dibank. Dengan alasan macam-macam.

Aku harus bagaimana lagi? Jujur aku merasakan pusing yang teramat sangat. Karena tak ada pendapatan tak ada pemasukan dan tak ada pekerjaan maupun usaha.

Akhirnya ku putuskan, untuk berpasrah diri saja. Dan ku serahkan semuanya ini kepada tuhan sang pencipta alam semesta.

Walaupun aku harus selalu terus dan terus berusaha. Ditengah kondisi apapun dalam keadaan apapun.

Kini, aku harus mencoba mempelajari dari semua yang aku alami. Baik itu kepahitan ku, penderitaan ku, kebangkrutan ku dan pengalaman ku.

Karena ternyata da banyak hal yang bisa dipelajari dari semua ini. Terutama dalam hal waspada dan berhati-hati dengan apa pun, terutama dalam bertindak, dalam bermitra, dalam berkawan dan sebagainya.

Bahkan, sekarang aku jauh lebih tegas dari sebelumnya, terkait beberapa hal. Meski itu, dianggap sangat buruk oleh semua orang. Tetapi ini lah hidupku, inilah aku dengan segala pilihan ku serta resiko ku.

Berdasarkan dari segala pengalaman ku kejadian buruk ku.

Untuk selalu memilah apapun, baik itu dalam hal pertemanan bisnis, atau pun usaha. Agar waspada dan buat berjaga-jaga.

Pasalnya, mempertahankan suatu apapun memang sangat sulit sekali. Begitu pula kala mau bangkit dari keterpurukan. 

Rasanya sangat berat sekali, bahkan lebih sulit lagi daripada mempertahankan semuanya. Karena harus lebih banyak mengeluarkan energi, terus biaya lalu pikiran. Serta lebih banyak membutuhkan effort yang luar biasa dari semua orang disekitar kita.

Meskipun sekarang aku hidup dengan keadaan pas-pasan lagi. Dan menikmati kontrakan lagi. Tapi Alhamulillah sekali, sekarang hidup ku malah jauh lebih damai dan tenang. Bersama istriku serta ketiga anak-anak ku.

Dan kini, aku sudah mulai memahami. Bahwa hidup itu, intinya selalu bersyukur. Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, sudah digariskan sesuai kehendak tuhan.  

Manusia hanya berencana dan berusaha. Untuk hasil tuhan lah penentunya.

Tetap semangat bangkit wahai kawan-kawan ku. Saudara-saudara ku, teruslah berusaha semampu kalia. Karena kalian sendirilah yang menjalani. Pemerintah tidak bakal membantu mengucurkan modal begitu pula lainya. 

Untuk itu, minta lah modal kepada tuhan sang pencipta alam semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun