Setelah sekian puluh tahun, aku pun kena bangkrut lagi, secara bertubi-tubi. Hingga menguras semuanya. Kemudian bablas tak tersisa alias menjadi nol semuanya.Â
Tapi aku sangat bersyukur. Sebab, semua angsuran telah aku lunasi semuanya, walau dari hasil menjual semua aset-aset ku. Karena malu sama tetangga, lantara terlalu sering kena tegur sampai didatangi petugas bank untuk mengingatkan agar tidak selalu terlambat saat mengangsur.
Akhinya, aku pun ngontrak kesana kemari lagi. Tapi kini bebanku bertambah banyak. Kalau dulu hanya anak masih satu, itu pun masih kecil. Namun sekarang sudah punya anak tiga, dengan kondisi sudah beraanjak remaja. Yang mana kebutuhan jelas sangat berbeda. Tentunya lebih besar lagi, baik untuk biaya sekolah, jajan dan lainya.
Bisa dibayagkan sendiri. Di usia ku yang sudah bangkotan, belum punya rumah belum punya modal serta masih butuh modal. Namun sangat sulit saat meminta modal, sebab selalu ditolak terus kala mau mengajukan kridit modal dibank. Dengan alasan macam-macam.
Aku harus bagaimana lagi? Jujur aku merasakan pusing yang teramat sangat. Karena tak ada pendapatan tak ada pemasukan dan tak ada pekerjaan maupun usaha.
Akhirnya ku putuskan, untuk berpasrah diri saja. Dan ku serahkan semuanya ini kepada tuhan sang pencipta alam semesta.
Walaupun aku harus selalu terus dan terus berusaha. Ditengah kondisi apapun dalam keadaan apapun.
Kini, aku harus mencoba mempelajari dari semua yang aku alami. Baik itu kepahitan ku, penderitaan ku, kebangkrutan ku dan pengalaman ku.
Karena ternyata da banyak hal yang bisa dipelajari dari semua ini. Terutama dalam hal waspada dan berhati-hati dengan apa pun, terutama dalam bertindak, dalam bermitra, dalam berkawan dan sebagainya.
Bahkan, sekarang aku jauh lebih tegas dari sebelumnya, terkait beberapa hal. Meski itu, dianggap sangat buruk oleh semua orang. Tetapi ini lah hidupku, inilah aku dengan segala pilihan ku serta resiko ku.
Berdasarkan dari segala pengalaman ku kejadian buruk ku.