Namun cita-cita tersebut tak sepadan dengan kapasitas fiskal. Nilai moneter ekonomi RI yang diukur dalam PDB hanya menciptakan rasio pendapatan sebesar 13 persen. Dari sinilah menjadi sumber pendanaan cita-cita pemerintah.
Jadi kalau PDB RI sekitar Rp.21.000 triliun, maka sumber pendanaan pembangunan yang diperoleh dari rasio penerimaan terhadap PDB hanya sekitar Rp 2.842,5 triliun.
Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia maju di tahun 2025, dana yang dibutuhkan adalah Rp.3.613,1 triliun. Dan untuk mewujudkan ekonomi tumbuh 8 persen, memerlukan investasi bruto domestik sekitar 30 persen hingga 35 persen dari PDB (saat ini)
Dengan demikian, untuk mengerek pertumbuhan ekonomi 8 persen, maka membutuhkan investasi sekitar Rp.6.267 triliun hingga Rp.7.306 triliun (Sumber : bank dunia-data diolah)
Dalam konteks APBN secara aktual, bila beban belanja meningkat (termasuk tekanan pembiayaan utang), maka ruang fiskal menjadi terbatas. Sebab itu dibutuhkan konsolidasi fiskal dan transformasi tata Kelola fiskal. Melampaui cara-cara konvensinal
Bagian penting dari konsolidasi fiskal adalah, manajemen pengelolaan utang pemerintah, pembiayaan dan risikonya. Termasuk diversifikasi pembiayaan utang. Tidak dengan skema ponzi atau revolving; seperti saat ini
Gagasan konversi kewajiban obligasi rekap di masa lalu yang menjadi kewajiban saat ini (long-term fiscal liabilities), adalah cara mendiversifikasi pembiayaan utang dan meminimalkan risiko.
Mengeluarkan beban utang rekap obligasi 1998 dari neraca APBN dan dikelola secara prudent di luar APBN oleh pemerintah/BUMN. Bisa dengan skema seperti special reserve fund, debt-to-equity swap dan pembiayaan kreatif lainnya
Tujuannya adalah menjaga fondasi fiskal agar tetap akomodatif terhadap berbagai cita-cita mulia pembangunan. Termasuk program makan bergizi gratis yang menjadi salah satu cita-cita luhur presiden Prabowo *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI