Dengan kata lain, daripada pemerintah terus membayar bunga kepada bank-bank pemegang obligasi, pemerintah menggantinya dengan memberikan saham ekuitas di bank sebagai bagian dari rekapitalisasi.
Hal ini memberikan bank-bank pemegang obligasi kepemilikan saham yang berpotensi menghasilkan dividen, menggantikan pembayaran bunga yang sebelumnya diterima.
Secara keseluruhan, perubahan ini mengurangi beban anggaran pemerintah (karena tidak lagi harus membayar bunga obligasi). Namun memberikan bank-bank tersebut potensi pendapatan melalui dividen dari saham yang dimiliki.
Apakah berdampak pada modal bank? Dividen dari konversi kupon menjadi saham (ekuitas) tersebut sebagai imbalan atas kewajiban pemerintah yang sebelumnya dalam bentuk pembayaran bunga obligasi.
Dengan penambahan modal, bank menjadi lebih sehat secara finansial, dan rasio CAR akan meningkat, yang sangat penting untuk memastikan bank dapat memenuhi ketentuan peraturan yang lebih ketat.
Dengan demikian, skema ini menghindarkan APBN dari beban kupon obligasi rekap yang tiap tahun. Rumit? Ya tentu rumit, tapi pemerintah harus menempuh cara non konvensional untuk menjaga fondasi fiskal
Konteks diskurs ini adalah menjaga fondasi fiskal agar tetap kokoh. Feasible untuk seluruh program prioritas atau Asta Cita. Sederhananya quick win untuk menggapai Asta Cita.
Dengan fondasi fiskal yang fleksibel, pemerintah bisa wujudkan cita-citanya. Dus APBN itu ber-isi cita-cita mulia pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kesalahan kita adalah memahami APBN seolah-olah uang cash yang ada di tangan pemerintah. Padahal, APBN hanya berisikan cita-cita luhur pemerintah untuk mensejahterakan rakyat. Melalui konsolidasi fiskal, cita-cita dalam APBN dapat diwujudkan
Cita-cita boleh saja tinggi. Ekonomi tumbuh 8 persen, bisa kasi makan bergizi gratis untuk investasi SDM, swasembada pangan dan energi.