Adakah diantara kalian yang sejak lahir hingga sekarang tidak pernah mengalami suatu konflik apapun? baik konflik antar manusia maupun dalam sebuah kelompok, baik dalam keluarga, masyarakat, hingga tempat bekerja.
Sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain, pastinya pernah mengalami suatu konflik. Karena konflik itu tidak bisa terhindarkan, dan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Contohnya berbeda pendapat saat kerja kelompok, hingga perbedaan kepentingan dalam sebuah organisasi. Dari awal kehidupan semua orang pastinya mendapatkan konflik dan masalah-masalah yang ada tidak jarang menimbulkan konflik yang ringan hingga yang berat. Dan jika konflik yang terjadi tidak segera diatasi dalam sebuah kelompok, akan menimbulkan perselisihan hingga perpecahan.
Oleh karena itu perlu kita untuk mempelajari bagaimana cara mengelola konflik dalam sebuah organisai.
Apa itu konflik?
Konflik merupakan suatu keadaan atau situasi dimana terdapat pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Konflik ini dapat muncul karena adanya kesalahpahaman antara satu sama lain, atau memperebutkan suatu hal yang terbatas, atau karena ada pihak yang ingin tampil dominan dan mendominasi pihak lain, atau permasalahan pembagian tugas dan kewenangan. dan faktor penyebab lainnya.
Seringkali orang memandang bahwa konflik itu selalu diidentifikasi dengan hal-hal yang negatif. Menurut Robbin (1996 : 431), bahwa pada dasarnya ada tiga pandangan mengenai konflik :
1. Tradisional (Traditional View)
Yaitu orang-orang yang memandang bahwa konflik adalah suatu hal yang membahayakan dan harus dihindari. Konflik terjadi karena adanya disfungsional akibat dari komunikasi yang buruk, keterbukaan satu sama lain dan gagalnya seorang leader untuk menanggapi kebutuhan anggota lainnya.
2. Hubungan manusia (The Human Relation View)
Yaitu orang-orang yang memahami bahwa suatu konflik itu adalah hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Orang yang memiliki pandangan ini, cenderung apatis terhadap konflik yang terjadi dalam suatu organisasi.
3. Interaksionis (The Intractionist View)
Yaitu orang-orang yang memandang bahwa suatu konflik hendaknya dikelola dengan baik agar menjadi kekuatan yang positif. Dan pandangan ini hendaknya harus dimiliki oleh seorang leader.
Dampak dari adanya konflik
Konflik akan selalu menimbulkan suatu dampak, namun apakah dampak itu selalu buruk atau menimbulkan dampak yang positif. Terdapat dua dampak dari timbulnya sebuah konflik :
Konflik Disfungsional
- Menghambat kinerja kelompok tersebut
- Merugikan organisasi tersebut
- Menciptakan sebuah perselisihan
Konflik Fungsional
- Mendukung tujuan daripada kelompok itu sendiri
- Meningkatkan kinerja organisasi
- Bersifat konstruktif/ membangun
Ketika dapat mengelola konflik dalam organisasi dengan baik, maka konflik tersebut tidak akan merusak justru akan membangun satu sama lain, membuat tiap anggotanya menjadi kritis dan kreatif.
Manajeman konflik
merupakan langkah yang diambil pihak ketiga yang bertujuan untuk mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik, dan mungkin atau tidak menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau agresif (Ross, 1993)
Strategi Manajeman konflik
 Lima hal mendasar dalam menangani sebuah konflik dalam organisasi menurut stevenin (2000)
- Pengenalan, pada tahap ini biasanya organisasi mengenali permasalahan apa yang sedang terjadi, siapa saja yang terlibat di dalam konflik dan bagaimana keadaan di sekitar selama terjadinya konflik.
- Diagnosis, yaitu menganalisis penyebab timbulnya sebuah konflik hal ini bertujuan untuk mencari metode yang benar dan telah teruji serta berfokus pada masalah utama yang terjadi
- Menyepakati solusi, setelah mendiagnosis masalah tersebut, organisasi dapat merumuskan solusi/cara yang paling tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi saat itu
- Pelaksanaan, dari hasil solusi tadi dilakukan pelaksanaan yang mana dalam proses pelaksanaan telah adanya satu kesepakatan dari semua pihak yang terlibat dalam konflik  dan harus melaksanakan kesepakatan tersebut dengan sebaik-baiknya
- Evaluasi, dilakukan penilaian dari pelaksanaan solusi tersebut, apakah sudah berjalan dengan baik dan apakah konflik dapat ditangani dengan baik
Metode penyelesaian konflik
menurut handoko (2017) :
- Dominasi atau penekanan. Cenderung dilakukan dengan cara mengancam, penekanan hingga kekerasan terhadap pihak yang terlibat dalam konflik
- Kompromi. Leader mencoba untuk menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima kedua belak pihak yang terlibat dalam konflik
- Pemecahan masalah integrative dan kolaborasi. Bagaimana tujuan kepentingan setiap orang yang mengalami konflik dapat tercapai, dan menciptakan hubungan tetap berjalan dengan baik dan harmonis.
KesimpulanÂ
Bahwa konflik perlu dikelola dengan baik melalui manajemen konflik agar suatu perusahaan dapat melakukan perubahan dan inovasi untuk perkembangannya. Namun perlu dihindari konflik yang besar dan cenderung menyebabkan masalah serius dan merusak atau yang menimbulkan hal-hal negatif dan merugikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H