"Hello, dari tadi melamun terus.." kata Melati sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Gimana cerita malam pertama?" tanyaku serius.
"Cerita apa? wong dia langsung tertidur dengan baju lengkap gitu..." keluh Melati.
"Lho malam pertama koq bajunya lengkap?" tanyaku bingung. Malam pertama pun berlalu dengan pakaian lengkap...
Malam kedua mereka masih ragu dan malu-malu. Efek globalisasi dan gerakan emansipasi wanita, membuat Melati berinisiatif untuk memulai serangan fajar. Kini mereka berciuman dan bergulingan diranjang. Kali ini Umar tidak kejang lagi. Kepala Melati sedikit kejedut oleh tepi ranjang, tetapi dia senang karena Umar kini melakukan serangan balasan! Tak berapa lama, serangan itu mengendur dan berhenti!
"Lho koq berhenti?" tanyaku
"...ternyata baru aku tau kalau dia sudah selesai. Dia lalu mencium keningku, berbalik dan langsung tertidur dengan pakaian utuh! Dia bahkan masih memakai sendal sebelah!" Sambungnya tertawa. Malam kedua pun berlalu dengan sendal sebelah.
Aku terdiam, berharap semoga  di malam ketiga tidak ada lagi cerita pakaian utuh ataupun sendal sebelah. Malam ketiga, Melati tidak sabar lagi. Dia segera menyeret suaminya ke ranjang dan segera bergerilya melakukan serangan kilat yang efisien. Aku mulai semangat mendengar cerita Melati. "Aku tidak mau mendengar cerita pakaian utuh atau sendal sebelah!" teriakku dengan semangat.
"Tidak, tidak ada lagi semuanya itu" sergah Melati.
"trusss.." kataku lebih semangat lagi.
Sejenak Melati terdiam, "aku menyesal tidak mendengar nasihatmu dulu" katanya lirih.Â