"Bukan, yang kedua sih." Hatiku berdebar koq aku tidak tahu siapa yang pertama?
"Yang pertama siapa?" kejarku dengan nafas tertahan.
"Yang pertama itu kamu!" katanya sambil tertawa
"Hah, aku? kapan...?" aku gelagapan sambil berpikir keras untuk mengingatnya.
"Aku juga gak gitu ingat sih. Soalnya waktu itu kita masih kecil, lima tahunan kali, yang ngomong itu juga ibu. Katanya kita lagi main bonekaan, tiba-tiba kamu cium aku..."
"Aduh amsiong, kenapa ciumannya gak sekarang aja ya?" kataku sambil menggaruk kepala...
Melati lalu menceritakan kisah ciuman keduanya itu. Ternyata selama Melati dan Umar berpacaran, mereka hanya pernah sekali saja berciuman, itupun tidak lebih dari satu detik! Ketika itu Umar langsung kejang. Tekanan darahnya naik ke angka 180 dan detak jantungnya 120. Kakinya menendang meja, menumpahkan teh manis yang kemudian membasahai karpet, sedangkan tangannya menarik kalender di dinding! Sejak itu mereka tak pernah berciuman lagi...
Lalu kenapa mereka ini harus kawin muda kalau hanya untuk berlatih ciuman saja, tanyaku tak habis pikir. Aku kemudian menemukan jawabannya. Ternyata pak Hasan, ayah Umar baru saja melakukan pemeriksaan kesehatan bersama sohibnya, pak Amir. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pak Hasan menderita kanker stadium akhir, dan bisa saja tahun depan dia tidak akan bisa menikmati Indomie goreng kesukaannya itu lagi.
Pak Hasan menginginkan mereka menikah secepatnya, siapa tahu dia masih sempat menggendong cucu. Ketika semua pihak setuju, pernikahan tersebut segera dilaksanakan. Setahun berlalu, Pak Hasan justru semakin sehat. Rupanya hasil pemeriksaan kesehatan Pak Hasan tertukar dengan sohibnya, pak Amir tadi. Justru sebenarnya Pak Amir lah yang sekarat, dan dia tidak menyadarinya.
Pada suatu kali, Pak Amir pamit ke luar kota untuk mengikuti rapat dinas. Tetiba terdengar kabar kalau pak Amir meregang nyawa di sebuah hotel jam-jaman ketika sedang asyik masyuk bersama selingkuhannya. Pak Hasan justru semakin sehat dan terlihat muda berkat segala vitamin dan suplemen yang dikonsumsinya selama ini. Tak lama kemudian Pak Hasan kawin lagi. Kini gantian istrinya yang sekarat...
***