Aku kemudian berlutut menghadap Yanti sembari memberikan cincin dan berkata, Yan, aku mau melamarmu, mau kah kamu menjadi istriku?"
Yanti terperanjat, terpana ketika aku memasukkan cincin tadi ke jari manis tangannya. Ia lalu memelukku sambil berteriak, "aku mau jadi istrimu...!" Seketika orang di sekitar kami bertepuk tangan. Sebuah siulan kuat dari arah kiri membuatku tertawa, "thanks bro" teriakku juga...
Seperti biasanya suasana hening meliputi kamar Yanti di rumah sakit. Tapi suasana itu berbanding terbalik dengan yang kami rasakan di dalam pikiran kami masing-masing. Plafon kamar pun tampak seperti bermandikan ribuan cahaya bintang yang begitu indah. Tak ada yang pernah tahu akan hari esok. Biarlah esok menjadi urusan esok saja. Malam ini kami ingin berduaan saja menikmati valentine ini.
Sebelumnya aku sudah berbicara kepada perawat di nurse station. Di kamar 711 ada "dua orang pasien dalam satu ranjang" Aku sudah membawa stetoskop, thermometer dan tensi sendiri, jadi suster tidak perlu repot mengurus pasien. Sekotak coklat plus bolu gulung ternyata cukup ampuh mengurangi volume tawa para suster di situ. "Happy valentine ya suster..." kataku seraya pergi.
"Makasih dok, happy valentine juga..."
Aditya Anggara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H