Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My First Kiss... (Bagian II)

14 Februari 2019   20:25 Diperbarui: 14 Februari 2019   23:59 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bibir, sumber : Warta Kota - Tribunnews.com

"Maaf Yan, aku juga baru menyadarinya kemarin. Selama ini aku gak tahu karena selalu menyangkalnya, maaf ya Yan..." kataku sambil memeluknya.

Kami berdua terdiam saja sambil tetap berpelukan, dengan pikiran menerawang entah kemana. Yanti kelihatan sudah tenang, "Maaf tadi ya Fer, aku senang banget  kamu ngomong tadi. Walau tak mengubah apapun, aku senanggg banget dengarnya"

Aku kemudian melepaskan pelukanku dan menatapnya dengan tajam. "Apa maksudmu mengatakan walau tak mengubah apapun? Sebab bagiku ini sangat penting dan telah mengubah seluruh jalan hidupku ke depan!"

Kini Yanti menatapku dengan tajam, "Kamu harus sadar Fer, kamu kan dokter. Aku ini botak, jelek dan sekarat. Aku bahkan tidak tahu apakah aku masih akan hidup tiga bulan lagi..."

"Yan, hidup mati itu ditangan Tuhan, dan semua orang juga pasti akan mati. Dulu hampir setiap hari aku melihat orang mati, jadi aku tidak mengkhawatirkan hal itu. Aku cinta kamu, tetapi belasan tahun aku menyimpan dan menyangkalnya. Kamu tahu seperti apa rasanya mencium pacar tetapi bayangan bibirmu yang selalu ada di kepalaku, dan itu berlangsung terus selama belasan tahun! Aku gak mau tersiksa lagi. Aku hanya mau cium kamu, dan aku mau kamu mengetahuinya!

Yanti menatapku lama sekali seakan tidak percaya kepada apa yang baru saja didengarnya. "Kamu bukan karena kasihan kan ngomong gitu samaku?"

"Kasihan? Kalo kasihan, pasti aku sudah punya seribu bini. Setidaknya setiap bulan ada saja wanita yang mau bunuh diri. Kalo aku kasihan aku pasti berkata, jangan bunuh diri, aku jomblo, aku membutuhkanmu disini, menikahlah denganku... ah ah ah ah..." aku tak dapat menahan tawa...

"Hahahaha..." Yanti tertawa lepas sampai terlihat dua butiran kecil air di matanya. Ia kemudian menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kujelaskan, lalu meraih kepalaku. Bumi seketika berputar cepat pada porosnya ketika pintu kamar di buka. Dokter Linda masuk dan terkejut ketika melihat "dua orang pasien" berada diatas satu ranjang...

***

Sudah seminggu Yanti berada di rumah sakit. Kondisinya sudah membaik dan seharusnya sudah boleh pulang. Tetapi tampaknya ia lebih betah di rumah sakit daripada di rumahnya yang sepi. Menurut Linda terserah Yanti saja sepanjang dia merasa nyaman, karena itu bagus buat perkembangan kesehatannya.

Hari ini aku off. Malamnya aku mengajak Yanti makan malam di sebuah cafe tak jauh dari rumah sakit. Malam tampak indah sekali bertaburkan cahaya bintang di langit. Cafe kebetulan sepi pengunjung. Kami lalu duduk di meja pojokan. Lagu A Sky Full Of Stars dari Coldplay yang dinyanyikan penyanyi itu nyaris membuatku melting. Yanti meremas jari tanganku, terlihat happy dengan atmosfir cafe yang romantis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun