Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Piye Kabare Penak Zamanku To"

24 November 2018   14:27 Diperbarui: 24 November 2018   14:51 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsumsi beras perkapita kita berkisar 120 kg/orang/tahun. Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa saja, maka kebutuhan menjadi 30 juta ton/tahun atau 2,5 juta ton/bulan. Produksi rata-rata sawah untuk dua kali panen setahun berkisar 7 ton beras/tahun (Dengan syarat tidak ada hama, bencana alam dan saluran irigasi dalam kondisi baik)

Dengan data diatas kita dapat menghitung luas sawah yang dibutuhkan yakni, 30 juta ton/tahun (kebutuhan) dibagi dengan 7 ton beras/tahun (produktivitas sawah) = 4.285.715 Ha. Padahal luas lahan sawah Indonesia pada tahun 2016 berkisar 8,19 juta hektar, terdiri dari 4,78 juta ha sawah irigasi dan 3,4 juta ha non irigasi.

Nah sekarang kita baru bingung! Luas sawah yang dibutuhkan untuk swasembada beras adalah berkisar 4,3 juta hektar, padahal lahan yang tersedia berkisar 8,19 juta hektar. Jawabannya ada dua. Pertama, produktivitas sawah kita memang dibawah standard, karena di Vietnam dan Thailand setiap ha sawah bisa menghasilkan lebih dari 8 ton beras.

Kedua, data luas lahan itu boong-boongan! Artinya datanya fiktif. Kalau ini memang tidak usah heran karena sejak zaman pak Harto kita suka main tebak-tebakan. Soal data ini saya tidak mau pusing. kalau mau tau realita, cukup pergi kepasar Cipinang, sebab pasar tidak bisa berbohong!

Ketika harga beras di atas HET, maka swasembada adalah hil yang mustahal. Ketika harga di bawah HET, artinya pasokan beras surplus. Tapi jangan keburu mengatakan swasembada, sebab bisa saja beras itu adalah eks impor yang sudah expired sehingga harus cepat diobral sebelum kutunya keburu eksis...

Jadi ketika ada yang berkata Piye kabare penak zamanku to.. soalnya dulu kita bisa swasembada beras tapi zaman Jokowi kita harus impor beras, saya tidak ingin berpolemik soal jargon yang sama sekali tidak menyentuh substansinya ini.

Jadi kalau mau ngomongin swasembada, hayo presentasikan bagaimana caranya, berapa luas lahannya dan buat break-down biayanya...

Salam swasembada

Aditya Anggara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun