Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Derby Manchester, Jalan Terjal bagi Mourinho

11 November 2018   12:04 Diperbarui: 11 November 2018   16:01 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BolaSport.com

Setelah berhasil mengalahkan Juventus "hanya dalam tiga menit," Mourinho kembali akan menguji nyali kala bersua dengan si-tetangga berisik, Manchester City dalam sebuah laga bertajuk Derby Manchester.

City bukanlah Juventus yang menganggap enteng MU, untuk kemudian gampang dikadali. Wajar memang kalau Juve menganggap remeh MU, sebab di kandang MU sendiri, Juve ketika itu mampu mendominasi permainan dan kemudian mengalahkan MU. Ketika kemudian bermain di Turin, Juve juga tetap mendominasi permainan, sebelum akhirnya dibunuh oleh drama tiga menit!

Bermula dari tendangan bebas Mata di menit ke-86 yang kemudian menembus gawang "kiper buangan" dari Arsenal, Szczesny. Skor kemudian menjadi 1-1. Tiga menit kemudian sebuah kemelut terjadi di gawang Szczesny, membuat bek Bonucci melakukan gol bunuh diri ke gawangnya sendiri. MU 2, Juve 1! MU menang berkat sebuah "gol cilaka!"

Apakah City akan menganggap remeh MU untuk kemudian dikalahkan lewat drama tiga menit juga? Tentu saja tidak! City tidak akan menganggap remeh MU, sebab City akan berusaha "menelan" MU sepanjang laga dengan intensitas tinggi untuk membuat gol sebanyak-banyaknya. Ini bukan laga "remeh-temeh," sebab ini adalah derby balas dendam!

Daripada galau, yuk kita bahas adu strategi dari kedua pelatih ini.

Tidak ada dusta ataupun rahasia dalam derby Manchester kali ini. Pep akan bermain menyerang lewat kedua sayap, berpadu tusukan tajam dari tengah oleh David Silva. Mou akan bermain rapat lewat "strategi parkir bus," dan serangan balik cepat lewat sayap juga. Patron permainan sepanjang laga akan seperti ini.

Yang biru akan menyerang dengan alur pendek yang mengalir cepat dari satu kaki ke kaki lainnya seperti alunan simfoni orkestra. Sebaliknya yang merah akan bermain defensif mengandalkan intersep, tekel dan clearance untuk menurunkan tempo permainan. Ketika lawan lengah, maka simerah akan langsung melakukan serangan balik cepat. Lukaku adalah striker yang paling tepat dalam hal ini. Tapi rasanya kali ini dia tidak akan bertugas...

Kiper

Kedua kubu ini sama-sama memiliki kiper yang hebat. Performa De Gea di Piala Dunia 2018 kemarin sangatlah buruk. Akan tetapi De Gea selalu bermain apik ketika membela MU. De Gea adalah tulang punggung MU. Kalau bukan De Gea kiper MU, mungkin posisi MU itu hanya berada di papan tengah EPL saja...

Ederson Moraes adalah kiper muda yang masih berkembang. Kiper yang juga berperan sebagai "libero dan pengatur serangan" ini adalah tipikal kiper modern idaman banyak pelatih. Namun kala bersua dengan tim super defensif seperti MU ini, kelebihan itu malah bisa menjadi blunder karena bisa dieksploitasi lawan. Secara kualitas, kedua kiper ini hampir sama. Akan tetapi De Gea menang pengalaman.

Sektor Belakang

Di sektor ini si biru lebih unggul dari si merah. Semua bek City adalah pemain inti berkelas dunia! Aymeric Laporte kini menjadi komandan menggantikan Kompany yang "tua-tua keladi" itu. Sosok Laporte yang tinggi ini (191 cm) menjadi jaminan mutu untuk menghadang bola-bola atas dari pemain jangkung MU, seperti Fellaini misalnya.

Konsistensi adalah musuh utama dari pemain belakang MU. Chris Smalling dan kawan-kawan kadang bermain bagus, tetapi minggu depannya bisa bermain sangat buruk. Sepertinya Mou akan mempertahankan formasi ketika bermain di Turin kemarin dengan memasang Young, Smalling, Lindelof dan Shaw.

Sektor Tengah

MU akan bermain dengan pola 4-2-3-1 sedangkan City dengan 4-3-3. Di tengah Mou mengandalkan dua gelandang pivot (Matic dan Herrera) Paul Pogba di plot menjadi playmaker plus pemutus serangan. Tugas Pogba akan sangat berat karena menjadi jembatan penghubung pada saat transisi bertahan ataupun menyerang.

Sebaliknya Pep mengandalkan dua gelandang kreatif (David Silva dan de Bruyne) yang ditopang oleh gelandang bertahan, Fernandinho. Ini juga akan menjadi pertarungan seru diantara dua playmaker berbeda gaya, yaitu antara David Silva (City) dan Paul Pogba (MU) dalam mengatur lini tengah.

Lini tengah ini akan menjadi kunci, karena Mou sudah punya "Plan B" disini. Kalau MU tertinggal, maka Mou akan memasukkan Mata dan Fellaini untuk meningkatkan variasi serangan. Sementara itu Pep masih memiliki Mahrez dan Gundogan untuk menjamin stabilitas dan ritme permainan menyerang City.

Keributan khas derby Manchester, sumber : Tribun Timur - Tribunnews.com
Keributan khas derby Manchester, sumber : Tribun Timur - Tribunnews.com
Sektor Depan

Lini depan City adalah yang paling tajam di EPL. City memiliki Sterling, Aguero, Jesus, Sane dan Bernardo Silva yang merupakan penyerang cepat dan tajam. Selain itu penyerang-penyerang ini juga rajin turun untuk menjemput bola, bahkan juga untuk membantu pertahanan.

Saat ini Martial sedang on-fire. Sanchez juga semakin membaik. Sepertinya Mou akan memasang trio Martial, Sanchez dan Lingard, dengan opsi Rashford untuk "Plan B." Dalam derby kali ini, tampaknya trio penyerang City lebih diunggulkan karena mereka lebih banyak mendapat suplay bola. Sementara para penyerang MU harus bekerja ekstra, membantu pertahanan sembari berjuang sendirian untuk mencetak gol.

Pelatih

Secara head to head Pep masih unggul atas Mou. Pep juga semakin matang dan berkelas. Cara Pep menangani setiap masalah di City juga sangat arif. Suasana di City sangat kondusif karena Pep mampu memotivasi dan membuat para pemainnya semakin berkembang. Contoh paling jelas dapat kita lihat pada sosok Sterling dan Jesus yang perkembangannya sangat pesat.

Sebaliknya dengan Mou yang selalu bermasalah dengan para pemainnya. Apalagi Mou suka mengkritik para pemainnya dihadapan umum, hal mana sering mengundang kritikan dari banyak pihak. Mou kerap berseteru dengan pemainnya sendiri. Bukannya berkembang, kemampuan para pemain justru semakin memburuk ditangan Mou. Contohnya Pogba, Shaw, Mata, Martial, Sanchez dan Rashford.

Kedua pelatih ini sebenarnya kaya dengan taktik, tetapi memakai pendekatan yang berbeda. Bagi Pep sepak bola adalah seni yang dinamis. Gol itu sangat penting, tapi proses untuk membuat gol itu juga tak kalah pentingnya! Jadi segala taktik yang disusun Pep adalah untuk membuat permainan itu semakin atraktif.

Sebaliknya dengan Mou yang pragmatis. Bagi Mou hasil adalah segalanya, tanpa memedulikan caranya. Pendekatan Mou sebenarnya sangat sederhana, dengan basic utama adalah pertahanan rapat. 

Strateginya adalah mencetak gol dulu, baru kemudian mengamankan hasil. Atau bertahan rapat dulu sambil melakukan serangan balik cepat. Bagi Mou menang dengan satu gol atau menang dengan lima gol nilainya itu tetap sama, yaitu sama-sama menang.

Setelah sempat terjerembab, MU kini dalam tren positif berkat tiga kemenangan beruntun di semua ajang. Hebatnya lagi kemenangan itu tanpa kehadiran striker utama, Romero Lukaku! Tanpa Lukaku, permainan MU justru lebih atraktif. Tiga penyerang MU yang dipasang Mou kemarin itu adalah Sanchez, Martial dan Lingard.

Ketiga pemain ini sejatinya adalah pemain sayap yang bisa bermain dan bertugas untuk beberapa posisi. Mereka ini bukanlah penyerang murni yang selalu mengharapkan suplai bola dari temannya. 

Trio ini selalu bergerak membuka ruang dan menjemput bola, membuat permainan MU menjadi atraktif. Padahal kalau Lukaku bermain, permainan MU monoton karena selalu direct football dengan mengarahkan bola-bola panjang kepada Lukaku.

Akhirnya, siapakah pemenang derby Manchester kali ini? Yang terakhir tertawa tentu saja adalah pemenangnya. Di Turin, 87 menit wajah Mou kaku membisu, dan 3 menit kemudian tertawa terbahak-bahak untuk kemudian membuat gestur tubuh tak senonoh. Ketika dikecam, Mou hanya menjawab enteng, "sepanjang laga mereka itu menghinaku..."

Sebelumnya di Stamford Bridge dalam laga EPL pekan ke-9, hingga menit ke-90 wajah Mou masih sumringah ketika MU unggul 2-1 atas Chelsea. Akan tetapi semenit kemudian wajahnya menjadi murka ketika Ross Barkley berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Wajah murka itu kemudian menjadi garang dan berusaha mengejar staf pelatih Chelsea yang dianggap melakukan selebrasi dengan gestur tubuh kurang senonoh.

Ada satu hal yang menarik dari Mou ini sejak dulu. Ketika timnya menang, maka ia tak akan malu untuk mengumbar kesenangan hatinya itu kepada khalayak ramai, sekalipun hal itu mungkin kurang meyenangkan bagi pihak lain. Akan tetapi ketika timnya kalah, maka Mou juga tidak akan malu untuk memaki pemainnya sendiri, wasit ataupun memuji keberuntungan tim lawan mainnya itu.

Bagi saya pribadi, tidak ada satupun yang menarik dari sosok Mourinho ini selain dari pada lambenya itu.

Aditya Anggara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun