Kini saya naik kelas! Kini saya berdagang beras di Pasar Induk Cipinang dan Kramat Jati lewat beberapa toko. Bisnis di kota ini sangat perlu untuk mensinergikan bisnis di pedesaan tadi. Selama ini harga beras saya dikontrol oleh tauke-tauke dari Pasar Cipinang. Sekarang saya turut bersama para tauke ini untuk mengontrol harga eceran beras di Jakarta!
Bisnis di pedesaan tadi tetap berjalan dibawah arahan Perangkat Desa dan orang kepercayaan saya. Perangkat Desa ini sangat diperlukan terkait kependudukan dan luas aktual sawah petani. Data mereka ini lebih valid dari pada data BPS maupun Kementan/Dinas Pertanian setempat! Ini untuk menghindarkan "orang yang tidak berhak" meminjam dari saya, ataupun meminjam lebih dari luasan sawah yang sebenarnya!
Walaupun baru beberapa tahun bermain di Cipinang, tetapi saya sudah terhitung senior diantara para tauke. Rahasianya terletak dari bisnis di pedesaan tadi! Ketika Mafia dan Juragan beras bermain dengan meng-hold barang, seketika pula para tauke di Cipinang ini akan "menggelepar" karena tiada pasokan! Gudang mereka pun langsung kosong melompong...
Sebaliknya dengan saya. Walaupun beras menghilang dari pasaran, tetapi di gudang saya masih penuh dengan beras dari ex gudang saya yang di desa! Saya pun tetap melayani customer seperti biasanya, walaupun dengan membatasi penjualan. Inilah yang membuat marwah saya tetap terjaga ketulenannya sebagai pedagang beras di Cipinang dan Kramat Jati.
Banyak yang menuduh kalau pedagang beras itu merangkap spekulan yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Itu semuanya fitnah belaka! Fitnah itu selalunya lebih kejam daripada diselingkuhin! Padahal ketika harga beras melambung tinggi, justru para pedagang terpaksa mengurangi marginnya agar harga beras tersebut bisa terjangkau konsumen.
Margin berjualan beras itu sangat tipis. Keuntungan itu terlihat besar karena volume transaksinya juga besar. Itu saja. Dari setiap kilonya saya cuma ambil untung Rp 250,- kecil banget kan... Tetapi karena volume penjualan saya itu 200 ton per hari, maka marginnya menjadi Rp 50 juta per hari... Ehm... Amin...
***
Kini saya naik kelas lagi! Saya lalu bergabung dengan para Mafia, Spekulan raksasa, boss of the boss, yang gaya hidupnya seperti pada film Crazy Rich Asians itu. Disini kebersamaan itu sangat kuat dan dihargai. Semboyannya adalah, bersatu kita teguh bercerai kita rubuh!
"Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan" Kalau bermain sendirian pasti tidak akan dapat bertahan. Tetapi kalau bermain bersama maka harga akan bisa dikontrol, karena ini terkait dengan modal raksasa dan gudang maha besar untuk menyetok beras!
Tahun lalu itu saya hoki besar. Alam begitu ramah terhadap Asia. Cuaca yang baik membuat panen melimpah di Cina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia dan juga Indonesia. Kini stok beras melimpah dan harga beras jatuh ke titik nadir. Tidak ada traders yang mau beli karena dimana-mana panen melimpah.
Tetapi justru disinilah keuntungan besar itu bermula! Harga beras kemudian anjlok menjadi US 0,6 per kg. Setelah membelinya, saya kemudian menyimpan beras itu di gudang-gudang yang saya sewa di Vietnam, Cina maupun Thailand. Suatu waktu kelak, beras itu pasti akan hijrah juga ke pasar Cipinang...