"Iya, Â Jang Someh. Bapak berterima kasih...Insya Allah keputusan ini sudah kami bicarakan secara matang, jadi rasanya tidak tergesa-gesa"
Suasana hati jaka Someh menjadi sangat tegang. Rasa bahagia, bingung dan perasaan was-was bercampur aduk di dalam hatinya. Â Setelah berbasa basi sebentar jaka Someh pun pamit kepada Raden Karta dan Dewi Sekar.
Malam itu dan malam berikutnya Jaka Someh tidur di serambi mesjid yang ada di perkampungan. Jaka Someh berusaha mendekatkan diri kepada Sang maha Pencipta, memohon petunjuk dan kebaikan untuk masa depannya. Dia memperbanyak sholat dan berdzikir serta beristikhoroh atas keinginannya untuk mempersunting Dewi Sekar.
Tiga hari kemudian Jaka Someh kembali mendatangi rumah Raden karta untuk membicarakan perihal lamaran kepada dewi Sekar. Keputusan Raden Karta dan Dewi Sekar ternyata tidak berubah, Â Dewi Sekar masih tetap bersedia untuk menikah dengan Jaka Someh.
"Alhamdulillah....".Â
Jaka Someh secara spontan melakukan sujud syukur.
"Tapi...kang Someh...."Â
Tiba-tiba Dewi Sekar berkata kepada dewi Sekar. Hati Jaka Someh tiba-tiba menjadi deg-degan.
"Ada  apa...nyai...?".Â
Kata jaka Someh mendadak was-was.
"Kang...saya ada permintaan kepada akang...kalau boleh...setelah menikah nanti..untuk sementara waktu...apakah akang berkenan apabila tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu...karena saya masih ingin fokus mencari Rama dan adik saya...bagaimana kang...?". Kata dewi Sekar.