Kemudian tangan kananya mencubit betis kaki kanannya. Terasa sakit. Tapi, dia masih belum merasa  percaya 100 persen dengan perkataan Raden Karta. Dengan suara pelan dia bertanya lagi kepada Raden Karta untuk mempertegas kebenaran dari ucapan yang barusan di dengarnya.
"Punten...Bapak....maksud...Bapak...ehh...ehh...Bapak akan menjodohkan Saya dengan Nyai Dewi Sekar..., apakah betul...? "
"Iya,  jang Someh...Sebelumnya Bapak sudah membicarakan perkara ini dengan Nyai Dewi Sekar, tinggal giliran  jang Someh, kira-kira bersedia atau tidak....?".Â
Raden Karta mempertegas kembali ucapannnya. Jaka Someh menatap ke arah Dewi Sekar. Mendapatkan tatapan jaka someh seperti itu, Dewi Sekar memalingkan mukanya ke arah lain. Wajahnya menjadi merah.
"Bapak...jujur hati saya sangat merasa senang...meskipun ini serasa mimpi bagi saya...Cuma saya bingung...".Â
Kata Jaka Someh, kemudian dia kembali melanjutkan ucapannya
"Saya hanyalah seorang lelaki biasa dan tak punya kedudukan apa-apa...sedangkan Nyai Dewi Sekar, bagi Saya bagaikan seorang dewi, bukan hanya memiliki wajah yang cantik jelita...namun juga memiliki pribadi yang baik dan dari keturunan yang baik, seorang ningrat...apakah keadaan saya ini tidak akan menyusahkannya nanti....saya takut ini hanya mimpi bagi Saya...Pak...Tapi...kalau Bapak bertanya kepada Saya apakah bersedia untuk menikahi Dewi Sekar, Tentu saja Saya akan menjawab mau...namun alangkah baiknya Bapak  berkenan untuk mempertimbangkannya kembali...".Â
Jaka Someh menghentikan lagi ucapannya beberapa saat. Dia menghempaskan nafasnya. Terdiam beberapa saat. Jaka Someh berfikir keras. Kemudian kembali melanjutkan lagi ucapannya
 "Semoga Bapak berkenan dengan lamaran saya ini...mohon maaf apabila saya kurang sopan.."Â
Meskipun dengan perasaan kikuk, Jaka Someh bersikap ksatria, menyatakan lamaran kepada Dewi Sekar di hadapan Raden karta.
Raden Karta mengangguk-anggukan kepala