"Nyai ...ini  benar kamu...?" kata lelaki itu.
Dewi Sekar langsung menoleh pada lelaki setengah baya itu, dan wajahnya langsung terkejut. Hatinya merasa sedikit plong melihat sosok lelaki tersebut, yang tak lain adalah pamannya sendiri, Raden Karta Sasmita
"Mang Karta...? Iya Mang, benar ini  saya, Sekar...Rama  di mana mang?  Kenapa padepokan kita menjadi berantakan begini?".Â
Raden Karta terdiam sejenak, wajahnya nampak begitu sedih, lalu dia berkata kepada Dewi Sekar
"Musibah, Nyai. Perguruan kita  di porak porandakan oleh Ki Tapa, salah satu tokoh pemimpin dari gerombolan Ki Jabrik...Banyak anggota perguruan kita yang tewas, tapi sudah mamang kuburkan...Rama kamu  berhasil dikalahkan oleh Ki Tapa, namun menurut kabar yang Mamang terima, Kang Surya bisa diselamatkan oleh 2 murid Ki Buyut Putih,yaitu  Ki Jaka Baru dan Ki Sangga Buana.  Jaka Baru dan Sangga Buana sendiri tewas di tangan Ki Tapa setelah berusaha menahan Ki Tapa yang berusaha mengejar Kang Suryaatmaja.Tapi Alhamdulillah Nyai, Mamang dengar dari beberapa murid kita, Rama kamu berhasil selamat meskipun mengalami luka dalam yang cukup serius. Rama dan adik kamu konon berhasil di bawa ke padepokan Ki Buyut Putih yang berada di Gunung Tampomas..."Â
Mendengar keterangan dari pamannya seperti itu, hati Dewi Sekar merasa jauh lebih plong. Hatinya sudah banyak terobati setelah mendengar ayahnya berhasil di selamatkan oleh murid Ki Buyut Putih. Dewi Sekar pun mengucapkan terima kasih kepada pamannya
"Terima kasih banyak, Mang. Saya merasa lega setelah mendengar keterangan dari Mamang. Mudah-mudahan Rama  selamat...".Â
Raden Karta melirik kepada Jaka Someh
"Ini  siapa Nyai...?".Â
Dewi Sekar baru tersadar dengan keberadaan jaka someh
"Oh iya mang, ini  Kang Someh, orang yang telah menolong saya ketika saya terluka oleh Nyi Sundel...perkenalkan  Mang...".Â