“Wah celaka kalau begini...saya tidak mungkin terus menerus menunggu si panji yang tidak jelas keberadaannya...saya harus mencarikan suami buat Asih... tapi siapa ya, kira-kira laki-laki yang bersedia untuk dinikahkan dengan Asih...?”
Pak Rohadi terus berpikir untuk mencari lelaki yang sekiranya mau dinikahkan dengan putrinya tersebut. Tiba-tiba dia ingat dengan Jaka Someh
“Duh kenapa saya tidak minta tolong ke Jang Someh saja ya...mudah-mudahan saja dia mau menolong saya, bersedia menikah dengan Asih...”
Keesokan harinya, setelah shalat subuh pak Rohadi berangkat ke rumah Jaka Someh di lereng Gunung halimun. Tepat sebelum Jaka Someh berangkat ke ladangnya, pak Rohadi bertemu dengan Jaka Someh. Jaka Someh merasa heran dengan kedatangan pak Rohadi ke gubuknya yang tiba-tiba, sambil tersenyum ramah dia menyapa pak Rohadi
“Bapak...? Assalamualaikum...bagaimana kabar bapak...koq tumben, bapak mendatangi gubuk saya...ada APA ya Pak...?”
Jaka Someh bertanya kepada pak Rohadi. Pak Rohadi tampak berat menjawab pertanyaan Jaka Someh. Dengan perlahan, dia pun menceritakan permasalahan yang sedang dialami keluarganya. Di ujung ceritanya dia berkata kepada Jaka Someh
“Maksud bapak ke sini mau minta pertolongan kamu...aduh mudah-mudahan kamu mau menolong bapak dan Asih... tolonglah kami, Jang someh ...”
Jaka Someh sedikit terkejut mendengar kata ‘tolong’ dari Pak Rohadi, dia pun mencoba memperjelas rasa curiga yang ada dalam hatinya
“Maksud bapak saya harus menolong bagaimana Pak...?”
Pak Rohadi menjawab
“Tolong nak Someh untuk menikahi anak saya, Asih...”