Sementara Jaka Someh sedang giat berlatih silat di gunung halimun, Pak Rohadi saat itu sedang bingung menunggu Asih, anak perempuan satu-satunya yang masih belum pulang, meskipun hari sudah demikian larut malam.
Hari sudah begitu larut malam namun Asih masih belum juga kelihatan batang hidungnya. Dengan perasaan gelisah dan penuh kekawatiran, pak Rohadi terus menunggui Asih untuk pulang. Sudah beberapa hari ini, Asih memang sering pulang malam. Pak Rohadi sebenarnya sudah mengingatkannya agar Asih pulang ke rumah sebelum magrib, namun ternyata nasehat nya tersebut tidak pernah di gubris oleh Asih.
Jam sebelas malam Asih baru datang ke rumahnya, di antar oleh empat orang kawannya, satu wanita dan tiga laki-laki.
Asih berjalan dengan mengendap-endap, khawatir ayahnya tahu kalau dia pulang sampai larut malam. Asih tidak menyadari bahwa ayahnya saat itu sedang menungguinya. Dengan pelan Asih membuka pintu rumah. Baru saja dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara ayahnya
“Dari mana kamu nyai?” kata pak Rohadi.
Asih terkejut ternyata ayahnya masih belum juga tidur, dengan gagap dia menjawab “A...anu...Bapak...Asih...habis nonton wayang golek, Bapak belum tidur...?”
Pak Rohadi terlihat kesal melihat anaknya pulang sampai larut malam seperti itu. Ingin rasanya dia memarahi anaknya saat itu juga. Cuma dia sadar, saat itu tengah malam. Dia juga paham dengan tabiat anaknya yang gampang sekali mutung apabila dimarahi. Akhirnya meskipun kesal terhadap putrinya, Pak Rohadi tetap berusaha berkata lembut kepada putrinya itu
“Ya sudahlah, tapi kamu tidak boleh mengulangi lagi...sebenarnya Bapak kesal kalau kamu pulang sampai larut malam seperti ini...bukan apa-apa...karena Bapak kawatir, takut terjadi apa-apa terhadap kamu...nyai kamu itu adalah anak perempuan...”
Asih yang sedang tidak mau mendebat dengan bapaknya, berusaha menjawab dengan lembut
“Baik pak...Asih minta maap...Asih janji tidak akan mengulangi perbuatan asih lagi”
Setelah itu, Asih langsung masuk ke dalam kamarnya.