Jaka Someh merasa ragu untuk meninggalkan Asih dan Panji berduaan di tempat itu.
“Sudahlah kang...akang pulang dulu saja...Asih tidak apa-apa...”
“tapi nyai...!”kata Jaka Someh merasa ragu
“tidak apa-apa kang someh...sudahlah...akang silahkan pulang dulu saja...!!” Kata Asih yang menyuruh Jaka someh untuk segera meninggalkan tempat itu.
Meskipun berat, akhirnya jaka Someh meninggalkan tempat itu.
Dia berjalan menuju arah gubuknya di lereng gunung halimun. Sesampainya di rumah, jaka Someh langsung merebahkan diri di bale-bale rumahnya. Entah kenapa wajah Asih menjadi terbayang-bayang di dalam pikirannya. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya. Apakah ini yang dinamakan dengan Jatuh Cinta?
“Sudah lah...Someh, kamu jangan bermimpi terlalu tinggi...”.
Jaka Someh bergumam dalam hati. Dia segera memejamkan mata agar bisa segera melupakan wajah manis Nyi Asih, sang Kembang Desa dari Kampung Cikaret.
Bersambung ke Bab 9. Pemuda Yang Mencintai Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H