Jaka Someh yang melihat kelakuan Panji seperti itu langsung menjadi emosi. Dia segera melompat ke arah Panji dan mendorongnya. Panji langsung terjungkal ke belakang.
Kaget mendapat serangan mendadak dari seseorang. Panji berusaha bangkit, dan langsung menatap ke arah Jaka Someh.
“Bangsat...kamu siapa...? Berani-beraninya melawan Panji...murid dari perguruan Maung Karuhun...apakah kamu mencari mati...hah...?”
Tanpa pikir panjang, Panji langsung bangkit dan menyerang Jaka Someh.
Jaka Someh hanya sedikit mengelak, sambil memasukan pukulan tangan kanannya ke arah perut Panji. Gerakannya ringan, cepat namun berbobot.
Bruk...pukulan Jaka someh langsung mengenai perut Panji.
Panji meringis karena merasakan sakit yang luar biasa. Kedua tangannya memegangi perut. Nafasnya pun tersengal-sengal.
Dari mulutnya keluar darah segar. Matanya hanya bisa melotot menahan rasa sakit, sambil menunjuk ke arah Jaka someh. Namun dia tak mampu untuk berucap sepatah kata pun. Kemudian dia ambruk kembali dan terduduk di atas tanah.
Melihat kekasihnya roboh, Asih langsung lari mendekat ke arah Panji
“Kang...Panji...kamu tidak apa-apa...?”
Dengan penuh perasaan was-was, Asih langsung merangkul tubuh Panji yang sedang merasakan kesakitan.