Jaka someh memang selalu merasa tertarik pada hal-hal yang baru dia temui. Dia kemudian banyak bertanya kepada Nini Esih mengenai cara membuat minyak kelapa. Nini Esih pun dengan senang hati menjelaskannya.
Dengan sabar dan telaten, Nini Esih terus mengaduk-aduk santan kelapa tua yang ada dalam wajan besar itu. Dia terus mengaduk-aduk secara kontinyu dan lama. Sampai akhirnya terbentuk minyak dan limbahnya yang berupa blondo. Jaka someh terus memperhatikan kegiatan itu.
Jaka someh merasa senang karena mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari Nini Esih.
Setelah puas belajar cara membuat minyak kelapa, malamnya dia kembali mulai berlatih silat bersama Aki sudin dipekarangan rumah.
Melihat kemampuan Jaka someh yang semakin pesat, Aki Sudin merasa bangga. Dalam hati, beliau berkata
“ Hebat kamu jang someh ...kamu memang memiliki bakat yang luar biasa...dulu saya butuh puluhan tahun untuk bisa menguasai gerakan-gerakan itu sampai sempurna...kamu bahkan tidak memakan dua tahun, sudah memiliki gerakan yang sudah sempurna....bahkan jauh lebih kuat di bandingkan Saya...”
Setelah tiga hari dua malam berlatih di kediaman aki sudin, Jaka someh kembali berpamitan untuk pulang ke gubuknya di lereng gunung Halimun.
Hari menjelang sore ketika Jaka someh berjalan menyusuri sungai yang berada di wilayah perbatasan kampung Cikaret dan Kampung Cinangka.
Dengan langkah gontai dia berjalan sambil menikmati pemandangan alam sekitar. Matahari sudah tidak begitu terik. Angin juga berhembus sepoi-sepoi. Suara burung sudah mulai terdengar berkicau.
Ketika Jaka Someh sedang melewati daerah pinggiran sungai yang dipenuhi rerumputan yang tinggi, tiba-tiba dia mendengar suara orang yang sedang mengiba
“Kang...jangan...jangan...tolong kang...jangan...saya gak mau...”