“Bukan begitu Meh, pamali kalau banyak melamun ... saya punya cerita tentang orang yang meninggal mendadak gara-gara kebanyakan melamun...”
Entah kenapa Jaka Someh merasa penasaran dengan ucapan Mang Engkos
“Hah yang benar Mang? masa iya gara-gara melamun saja orang bisa mendadak meninggal...?”
Masih dengan muka serius Mang Engkos pun menjawab rasa penasaran Jaka someh
“Wah...kamu tidak percaya dengan cerita saya ya? ...Ya bisa saja Meh, begini ceritanya...dulu ada seorang lelaki bernama Kardun...dia seorang penggembala kambing. Suatu hari Si Kardun minta kawin kepada emaknya...Emaknya bingung karena tidak ada seorang perempuan pun di desa itu yang mau menikah dengan si kardun...bahkan nenek-nenek peot saja sampai bilang ogah pada si kardun. Wajar juga sih sebenarnya, karena si Kardun memang gak pernah mandi, gaulnya juga cuma sama kambing, makanya badannya bau sekali, sehingga tidak ada seorang wanita pun yang mau menikah dengannya. Akhirnya Si Kardun pun menjadi sering melamun. Setiap hari kerjanya hanya melamun saja, memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa kawin. Si Kardun melamun setiap hari dan petang. Para warga yang melihatnya ikut merasa kasihan. Namun bagaimana lagi, meskipun sudah di usahakan dicarikan jodoh oleh mereka, namun masih belum juga ada perempuan yang mau untuk di kawinkan dengan si Kardun, akhirnya mereka pun pasrah.
Hari-berganti hari, entah karena bosan atau karena hal yang lain, si Kardun pun akhirnya sudah nampak ceria kembali. Dia sudah tidak lagi minta kawin. Para warga yang mengetahui hal tersebut pun ikut merasa senang. Namun kejadian itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Setelah tiga bulan berlalu, Si Kardun kembali terlihat susah dan gelisah lagi. Dia kembali menjadi sering melamun lagi, apalagi saat tahu kambingnya sedang bunting besar. Para warga heran dengan sikap si Kardun seperti itu, harusnya dia senang melihat kambingnya menjadi bunting, tapi ternyata dia sedih dan bingung.
Singkat cerita, pada saat kambingnya sudah akan melahirkan, si Kardun terlihat berada di sisi kambingnya. Dia menungguinya dengan perasaan penuh was-was.
Anak kambing yang pertama pun lahir, ternyata anak kambing tersebut persis seperti ibunya. Berupa kambing tulen 100%. Si Kardun merasa senang bukan kepalang. Namun rasa senangnya itu hanya berlangsung beberapa saat saja. Karena kambing betinanya sudah kembali memperlihatkan tanda-tanda akan melahirkan lagi. Si Kardun kembali menjadi was-was. Namun ketika anak kambing yang kedua sudah terlahir dan masih masih mirip dengan ibunya. Si Kardun kembali merasa senang bukan kepalang, sampai-sampai dia berjingkrak-jingkrak karena senangnya.
Begitu giliran anak kambing terakhir sudah mau keluar, Si Kardun kembali lagi memperlihatkan wajah yang susah, hatinya menjadi was-was tak karuan. Dengan perlahan anak kambing itu pun keluar dari rahim ibunya. Pertama yang keluar adalah bagian kakinya, Si Kardun merasa senang karena kakinya ternyata mirip dengan kaki kambing pada umumnya. Tak lama kemudian bagian badannya juga keluar, ternyata badannya juga masih mirip dengan kambing umumnya. Si Kardun semakin bertambah senang.
Pada saat bagian kepalanya sudah mau keluar, Si kardun merasa ketakutan yang luar biasa. Saking takutnya, dia sampai menutupi matanya dengan kedua tangan. Khawatir kepala anak kambing tersebut mirip dengan kepala manusia. Begitu kepalanya sudah keluar dengan sempurna ternyata kepalanya juga adalah kepala kambing. 100 persen kambing. Si Kardun langsung bersorak saking senangnya. Bahkan sampai melompat-lompat dan salto beberapa kali kerena bahagia.
Namun dia langsung terhenyak kaget, badannya menjadi dingin ketika ketiga anak kambing tersebut bersuara keras, memanggil dirinya.