”Kalau begitu saya harus mencari seorang guru silat yang hebat, tapi kemana saya harus mencari seorang guru? Aahh...tak peduli dimanapun dia berada, pokoknya saya harus menemukan seorang guru yang hebat yang mau mengajari saya dengan ilmu silat...!”
Hari-hari berikutnya, pikiran Jaka Someh dipenuhi dengan hasrat untuk mencari seorang guru yang bisa mengajarinya silat.
Pagi itu Jaka Someh duduk di sebuah batang pohon besar yang ada di halaman gubuknya. Pikirannya melayang memikirkan berbagai peristiwa yang telah lewat. Ketika sedang asyik melamun, tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang ke gubuknya. Dia adalah Mang Engkos, warga kampung Cikaret yang sedang mencari kayu bakar. Melihat Jaka Someh sedang duduk melamun, tiba-tiba muncul keisengan dalam benak mang Engkos untuk mengagetkan Jaka Someh. Dengan berjalan mengendap-endap dari arah belakang, Mang Engkos segera menepuk pundak Jaka Someh secara keras sambil berteriak
“Hey...Someh, kamu sedang memikirkan apa...?”
Jaka Someh terperanjat dikejutkan oleh mang Engkos. Lamunannya pun langsung buyar. Jaka Someh berkata kepada mang Engkos
“Ah mang Engkos ini, bikin jantung saya mau copot saja...”
Mang Engkos tertawa terbahak-bahak melihat Jaka Someh terlihat kaget, lalu berkata kepada Jaka Someh
“Lagian kamu sih.... pagi-pagi sudah melamun...ngelamunin apa sih Meh...?”
Jaka Someh merasa senang bisa bertemu dengan Mang Engkos di saat hatinya sedang mengalami kegundahan seperti itu, namun dia berpura-pura cemberut kepada Mang Engkos, sambil berkata
“Ah Mamang ingin tahu urusan orang saja...dasar kepo...”.
Mang Engkos berlagak menunjukan wajah seriusnya, namun terlihat lucu di mata Jaka someh,