"Hanya makan malam?" tanyanya untuk meyakinkan.
Nikho mengangguk lalu melirik ke arah mobilnya. Tak ada siapa pun, "Jangan khawatir, aku bahkan tidak membawa anak buahku. Karena aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman."
Perlahan Magnolia pun melangkah ke arah mobil Nikho. Nikho mengikutinya lalu membukakan pintu untuknya. Dia sengaja menyetir sendiri untuk malam ini. Selama perjalanan, tak ada suara yang terdengar dari keduanya. Magnolia tak berniat bertanya apa pun, sementara Nikho tidak tahu harus mengobrolkan apa!
Mereka memasuki sebuah restoran yang suasananya romantis, lampu-lampu bersinar redup. Bunga-bunga menghiasi setiap sudut ruangan juga di atas semua meja. Jantung Magnolia mulai berdegup tak karuan, membuatnya sedikit gugup.
Nikho menuntun lengannya saat menghampiri sebuah meja yang telah dipenuhi hidangan dan minuman. Juga beberapa lilin yang menambah kesan kian romantis. Mereka duduk berhadapan.
Ada dua pelayan yang siaga tak jauh dari meja mereka. Dua pelayan di pintu masuk, juga dua di dekat meja kasir. Semuanya pria.
"Kenapa, tidak ada pengunjung lain?" tanya Magnolia sedikit khawatir.
"Karena malam ini khusus ... untuk kita."
Jawaban Nikho menciptakan rona di pipi Magnolia, tapi wanita itu mencoba menutupinya dengan sedikit menunduk.
Nikho memungut gelasnya dan menyesapnya sejenak, matanya tak meninggalkan wajah wanita itu.
"Mungkin kau lapar," desisnya membuat Magnolia mengangkat wajah untuk menatapnya. Nikho menggerakan dagunya ke arah piring di hadapan Magnolia.Â