"Kau tidak apa-apa?"
Wanita itu hanya menggeleng seraya sedikit mundur. Mata lentiknya melirikku  beberapa detik lalu matanya mengarah kepada Nikho yang menatapnya tanpa kedip. Beberapa helai rambutnya yang bersntakan di wajah disibaknya ke belakang. Seketika sebuah paras rupawan terpampang di hadapan kami.Â
Sejenak membuat jantungku berhenti berdetak. Tapi pandanganku dengan segera terhalang tubuh Nikho yang sudah berada di antara tubuhku dan wanita itu.Â
Tak ada suara yang kudengar terlontar, tapi wanita itu menatap Nikho dengan tatapan aneh. Dan aku sendiri tak tahu seperti apa Nikho menatapnya karena di membelakangku.
Menit berikutnya wanita itu berteriak. "Taksi!" dan segera berlari menuju taksi yang berhenti di pinggir jalan. Menenggelamkan dirinya ke dalam taksi biru itu.
Tubuh Nikho memutar menatap wanita itu pergi, saat itulah aku melihat sebuah sorot berbeda di matanya. Sorot yang tak pernah kulihat selama ini.
"Van, suruh seseorang mengikutinya. Aku ingin tahu semua tentang wanita itu!" perintahnya.
Kutoleh dia. "Apa?"
"Kau tahu aku tidak suka mengulang kalimatku!" geramnya.
"Ok."
Segera kuhampiri Reno dan memerintahkannya sesuai keinginan Nikho.