"Tolong aku," pintanya dipenuhi rasa takut. Kulirik sejenak dari bahuku. Lalu kukembalikan pandangan ke arah para pria bertubuh kekar itu.Â
Mereka tampak marah karena kesenangannya kuganggu, tanpa kata mereka menyerangku. Dan tentu harus kulayani, dan tak kusangka ternyata mereka cukup tangguh. Cukup membuatku kewelahan, dalam hati kurutuk Nikho yang tak mengirim bantuan untukku. Padahal ke mana-mana kami selalu dikawal beberapa anak buah setia yang tentu saja mahir beladiri.
Apakah Nikho sengaja ingin aku mati?
Aku tahu aku tidak akan bertahan lama jika terus dikeroyok orang-orang ini, mereka pastilah sangat terlatih.Â
Saat tubuhku terbanting dan hendak mendspat serangan susulan, seseorang datang menghalangi dan menghajar orang-orang itu dengan ganas. Kusegera berdiri, ternyata Nikho turun tangan sendiri untuk membantuku.Â
Aku pun membantunya menyelesaikan apa yang aku mulai. Membuat orang-orang itu melarikan diri.
Setelah keadaan aman, Nikho menghampiriku tanpa menanyakan bagaimana nasibku.
"Kupikir kau akan membiarkanku mati!" kesalku menggerutu.
"Mana mungkin kau kubiarkan mati sekarang, masih banyak yang harus kau lakukan."
Jawabannya sungguh tak memuaskan.Â
Dan kini Nikho menoleh ke arah wanita itu yang terlihat ketakutan, dia memeluk tubuhnya sendiri. Sesekali menatap kami. Jelas rasa takut menyelimutinya, jardi kuhampiri dia.