"Aku yakin menghilangnya Sonia bukan karena Ryan, meski Ryan itu brengsek, tapi dia nggak mungkin nyakitin cewe sampai babak belur begitu. Mungkin sebaiknya kamu kembali ke kost, Ryan pasti udah pergi. Kamu tanya baik-baik sama Sonia apa yang sebenarnya terjadi, atau seenggaknya, tanya sama Erik!" saran Bayu,
Dimas seolah terperanjat, kenapa ia tak berfikir sampai kesana. Sonia pasti akan bercerita pada Erik apa yang sebenarnya terjadi. Iapun segera bangkit dan melangkah menuju motornya tanpa mengucap apapun,
"Eh Di," seru Bayu yang tak mendapatkan tanggapan, "ini bocah!" kesalnya.
"Nggak nyangka, dulu aku pikir Dimas nggak bakalan jatuh cinta selamanya," celetuknya sambil mengunyah bulatan baksonya, "apalagi sikap dia yang selalu sinis sama cewe, aku kuatir dia bakal jadi brengsek kaya' Om Remon nantinya. Tapi untungnya...," ia mengelus dada.
"Buah itu nggak selalu jatuh di deket pohonnya, ada angin yang akan menggiringnya jauh, bahkan arus yang menyeretnya. Buktinya kamu, Ayahmu kalemnya minta ampun, sedangkan kamu!" ledek Bayu,
"Aku apa?"
Â
Edwan langsung mendatangi Sonia ketika Erik memberitahukan bahwa Sonia sudah kembali saat dirinya menelpon untuk bertanya. Ia memeluk gadis itu erat seolah takut kehilangan lagi. Sonia diam meresapi pelukan pria itu, entah kenapa ia merasa sangat nyaman berada dalam dekapannya!
Seolah ia merasa menemukan sosok seorang Ayah dalam diri Edwan. Tapi lain bagi Edwan, ia memeluk Sonia bukan sebagai seorang Ayah kepada putrinya, lebih sebagai seorang pria kepada gadis yang dicintainya. Getaran yang telah lama tak pernah ia rasakan lagi, kini kembali menyerang dadanya. Dan ia sadar, jika ia memeluknya lebih lama lagi mungkin ia tak akan sanggup mengendalikan perasaannya. Maka iapun melepaskan gadis itu,
"Aku sangat mengkhawatirkanmu, apa yang terjadi?"
"Cuma kecelakaan kecil kok Om!"