Sonia menyeka airmatanya, "kurasa Remon Mahendra tidak pantas menjadi Papanya Dimas, mereka dua pribadi yang sangat bertolak belakang."
Erik bisa merasakan sebuah aura rasa benci dari nada Sonia menyebut nama Remon Mahendra. Tapi itu tidak membuatnya heran, mengingat siapa Remon Mahendra. Seorang predator gadis muda. Â
"Sepertinya kamu pernah bertemu dengannya!" terka Erik. Sonia hanya menjawab dengan kerlingan yang mudah dibaca oleh Erik. Ia merasa tak perlu menceritakan apa yang pernah pria itu lakukan di kamar kost-nya.
"Tapi kamu nggak mungkin pacaran sama mereka berdua kan, Sonia?"
"Aku sudah memutuskan sesuatu," sahutnya tegas. Erik kembali mengernyit, sorot matanya melemparkan pertanyaan.
* * *
"Gila kamu, Di. Lagi ijin masuk malah kesini!" seru Ian. Mereka sedang berada di warung bakso tak jauh dari sekolah, Dimas meremas kaleng softdrink di tangannya seolah benda itu adalah leher Ryan. Ia masih ingat kilatan mengejek di mata Ryan saat Sonia hanya diam saja untuk membenarkan statusnya dengan Ryan.
"Aku nggak yakin Sonia beneran pacaran sama Ryan. Kalaupun iya, aku yakin dia punya alasan. Karena aku tahu seperti apa perasaan Sonia ke kamu, Di!" tukas Bayu. Dimas menoleh sahabatnya,
"Maksud kamu?"
"Cara Sonia menatap kamu, aku yakin kamu juga sadar itu. Jika Sonia meminta kalian hanya berteman saja, dia memiliki alasan untuk itu. Cinta itu nggak harus memiliki secara nyata, kalau kamu memang beneran cinta sama Sonia, kamu akan rela melakukan apapun asal bisa membuat dia aman dan bahagia, meski taruhannya, adalah hidupmu!"
Dimas diam tertegun. Ia tahu Bayu memang yang paling bisa memberi nasehat.