Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Watch

26 September 2016   15:41 Diperbarui: 26 September 2016   17:46 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Fiksiana Community

"Kita sudah mengepungnya, Pak. Dia tidak mungkin lolos dengan selamat!" sahut Ditya. Pria itu tersenyum kecut, "dia berhasil melewati semua agent kita, aku ingin dia hidup!" perintahnya.

Aku mulai mondar-mandir di dalam ruangan gudang perusahaan tempatku bekerja, sayup...terdengar seperti ada sirine mobil polisi diluar. Aku yakin mereka sudah mengepungku. Dan aku juga tahu aku tidak mungkin bisa lolos dengan nyawaku jika melawan, tubuhku pasti akan berakhir di kantung mayat. Tapi mungkin aku bisa mengetahui sesuatu dari mereka, masalah bagaimana nanti meloloskan diri, itu urusan nanti. Jadi kupuskan untuk menyerah. Aku membuka pintu utama, gudang ini memang kosong jika malam hari. Hanya ada satu satpam, pak Tono yang sudah tewas tertembak salah satu puluru mereka saat aku menyelinap masuk.

Seperti dugaanku, aku langsung disambut meriah oleh sorot light dan senjata api yang tersodor. Juga teriakkan agar aku menyerah, memang banyak mobil polisi yang bertengger, aku juga yakin mereka menyelipkan tim sniper di beberapa sudut. Aku sungguh merasa seperti penjahat kelas kakap oleh perlakuan mereka. Jika orangtuaku di kampung mengetahui hal ini, mereka bisa jantungan seketika. Bahkan mereka sendiri yang akan mencari telah untuk menggorok leherku.

Kuangkat kedua tanganku ke udara tanda menyerah. Lalu akupun tiarap dengan kedua tanganku menyatu di belakang kepala seperti instruksi mereka. Beberapa orang menghampiri dan memeriksa tubuhku, lalu memborgol tanganku ke punggungku. Mereka mendirikan aku dan menggiringku ke sebuah mobil box milik Dinas Rahasia.

* * *

Aku duduk berhadapan dengan seorang pria bersetelan jas yang cukup necis, pria yang sempat kudengar dipangil Kapten Alfian oleh beberapa anak buahnya. Dia sedang berbicara dengan seseorang melalui handphone, sesekali matanya mengarah padaku. Sementara di dekat pintu mobil ada seorang pria lagi, bersiaga jaga.

Setelah selesai berbicara dengan entah siapa, dia menyimpan kembali handphonenya ke saku dan fokus padaku. Mata kami terpaut, mencoba saling menyelami.

"Ok, Gilang Pramata. Aku senang akhirnya kita bisa berbicara, langsung!" ucapnya. Aku tak menyahut, lagipula dia juga tak meminta sahutanku.

"Sebaiknya kau serahkan pada kami apa yang kau miliki, itu sangat berbahaya jika jatuh ke tangan orang yang salah!"

Aku masih diam. Bergeming. Kurasakan sedikit goncangan pada mobil yang pastinya tengah menuju ke Markas Dinas Rahasia. Mungkin mereka akan menyiksaku untuk mendapatkan barang yang bahkan aku tak tahu wujudnya seperti apa! Lalu Kapten Afian melirik pria di pintu itu, seolah mengerti pria itu berdiri menghampiriku. Aku sudah bersiap jika seandainya ia menyerangku, tapi rupanya ia hanya melepaskan borgolku saja lalu kembali ke tempatnya. Segera kutarik kedua tanganku ke depan dengan tetap menatapnya.

"Kau masih hanya ingin diam?" tanyanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun