Tidak akan menyakitiku! Aku tak yakin akan hal itu. Dan barang apa yang mereka maksud? Aku tak merasa memiliki apapun. Atau itu hanya alasan mereka saja?
"Mungkin kalian salah orang, aku tidak mengerti barang apa yang kalian maksudkan dan aku tidak memilikinya!"
"Jangan mencoba bermain-main dengan kami, Gilang. Serahkan saja barang itu, maka semua akan kembali seperti semula!" janjinya.
Seperti sebuah janji yang menggoda, tapi aku tahu itu hanya janji palsu. Jika mereka mendapatkan apa yang mereka mau, mereka pasti tetap akan membunuhku, tapi itupun jika apa yang mereka mau benar ada!
"Kembali seperti semula?" desisku getir, kusunggunginkan senyum kecut. Sayangnya mereka tak bisa melihatnya, "beberapa jam terakhir aku seperti di neraka, tetanggaku melihatku berkelahi dan membunuh lawanku. Mungkin sekarang, wajahku mulai terkenal di media!" kesalku.
"Ya, dan jika kau tak mau menyerahkan barang itu, sesegera mungkin..., wajahmu akan memenuhi berita kriminal sebagai buronan!"
Dia sungguh mgancamku. Aku menggerutu hingga gigiku bergemeretak, "jadi, kalian memang...dari Dinas Rahasia. Heah..., ini sulit dipercaya!"
"Kurasa kau tahu betul siapa kami, dan kau juga tahu...kami tak suka dipermiankan. Jadi Gilang, serahkan saja barang itu kepada kami!"
"Aku sungguh tak memiliki apapun barang yang kalian maksudkan," aku mulai geram, "dan kalaupun aku memilikinya..., mungkin sebaiknya kupikirkan dua kali untuk menyerahkannya pada kalian!" tegasku lalu menutup sambungan teleponku. Aku yakin aku membuat mereka kesal dengan sikapku. Dan akibat yang akan aku terima mungkin semakin buruk. Siapa peduli. Kubanting handphone itu hingga berkeping.
Pria itu sedikit tercengang karena sambungan teleponnya mati, "Gilang Pratama,____Gilang!" serunya. Tapi sudah pasti tak akan ada sahutan. Ia menggerutu kesal lalu menghentak meja dengan tangannya, beberapa anak buahnya tersentak, "Sial!" umpatnya. Ia menegakkan dirinya kembali dengan nafas sedikit tersengal oleh amarah, menaruh kedua tangannya di pinggang.
"Dimana kita?"