Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku Seorang Pelacur

15 Agustus 2016   00:28 Diperbarui: 15 Agustus 2016   00:45 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa kubayangkan bagaimana tanggapan teman-teman sejawatnya terhadap kasus ini. Tanggapan publik! Semua pelanggan butikku saja mulai melarikan diri. Butik yang kumulai dari sebuah kios jahit sederhana di sebuah pasar pasca kuputuskan untuk berhenti menjajakan tubuhku lagi. Dan tentu saja, kios sederhana itu bisa menjadi butik karena campur tangan suamiku yang memodaliku setelah kami menikah.

"Mas..., akulah yang pantas meminta maaf. Karena aku telah menghancurkanmu, karirmu, nama baikmu. Aku...," kalimatku terputus saat kurasakan tangan kekar mas Ibra menutup tanganku. Menggenggamnya erat,

"Sari, apa kau masih ingat saat aku melamarmu?" tanyanya. Kembali kutatap matanya, aku mencoba memutar memoriku ke masa dua tahun lalu.

Di sebuah dinner romantis...,

"Maaf mas, aku sangat tersanjung dengan niat baikmu. Tapi aku tak bisa menerima semua kebaikan ini!" tolakku menutup kotak hitam berisi cincin indah berkilauan itu dan menyodorkannya kembali ke arahnya.

"Kau tidak menyukaiku, atau...ada pria lain?"

Aku menggeleng pelan, "hanya..., aku tidak pantas untuk menjadi pedampingmu mas. Kita sangatlah jauh berbeda, siapa aku..., dan siapa mas Ibra!"

"Kita sama-sama manusia, kita menghirup udara yang sama. Kita hidup di bumi yang sama, apa bedanya?" ia masih coba meyakinkanku.

"Kau tidak tahu apa yang kukerjakan sebelumnya mas, aku hanyalah seor...!"

"Kau adalah wanita yang sama yang kutemui di pasar, yang menjahit pakaianku yang robek. Apapun masalalumu, tidak akan masalah bagiku. Kau..., adalah wanita yang kuinginkan untuk menjadi pedampingku. Aku ingin menghabiskan seluruh hidupku bersamamu. Sarita, menikahlah denganku!" pintanya.

Tentu aku masih ingat dengan hal itu, aku juga masih ingat pertama kali kami bertemu. Di kiosku, saat itu preman yang berkuasa di sana tengah meminta setoran liar terhadapku. Padahal hari itu aku belum mendapat satupun pelanggan. Mereka tidak mau tahu, mereka tetap memaksa dan mengancam, apalagi mereka tahu pekerjaanku sebelumnya. Jadi karena aku tak mampu memberi uang setoran merekapun berniat berbuat tak senonoh terhadapku sebagai gantinya. Tak ada yang berani menolongku meski aku berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun