Â
* * *
"Sejak itu..., setiap aku mengingatnya. Aku menginginkan hal itu, aku tidak tahu apakah aku merindukan om Tirta, ataukah...apa yang di lalukannya terhadapku. Yang jelas..., saat aku merasa sendiri..., aku melakukan hal itu sendirian. Membayangkan om Tirta yang menyentuhku!" ku hirup udara dari lubang hidungku, menatapnya yang diam bergeming di depanku.
Aku duduk di tepi ranjang, dan sosok yang selama beberapa bulan terus mencoba mendekatiku ini duduk di sofa. Kami berada di sebuah kamar hotel.
"Lalu, apakah kau pernah berhubungan dengan oranglain selama ini?"
Ku tatap matanya yang meminta kepastian.
"Beberapa, teman kuliah, terkadang...bertemu di klub!"
"Lalu kenapa kau tidak mau berhubungan denganku?" protesnya. Matanya menatapku penuh arti, "karena aku tidak mau lagi, ibuku ingin aku menikah dengan seorang wanita!"
"Wanita..., he...he...!" dia tertawa. Merdu. Seperti biasa, dan itu adalah salah satu hal yang membuatku harus sekuat tenaga untuk tak menginginkannya, "bisakah kau?"
"Aku tidak ingin menyakiti ibuku!"
"Kau sudah melakukannya Dit, kau sudah melakukannya!"