Selalu..., lihat saja besok di departemen store. Akan ku beri pelajaran! Meninggalkanku sendirian di dalam klub. Aku kan tidak permah masuk klub sebelumnya....
Aku celingukan mencari mereka dan tetap tak bisa ku temukan, akhirnya aku pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu saja. Nah, aku mau kemana setelah keluar dari pintu ini? Aku bingung sendiri karena aku lupa dari arah mana tadi aku datang bersama Vina. Masa bodoh! Yang penting jalan, pasti nanti ketemu jalan raya. Akhirnya...,
Ku cegat beberapa taksi dan semuanya terisi, ku lirik arlojiku. Sudah menunjuk lebih dari jam 11 malam, kenapa susah sekali mencari taksi kosong, biasanya banyak. Ku langkahkan kaki saja pelan-pelan sambil menunggu taksi.
Waduh!
Aku baru sadar, daerah ini kan..., jalanan ini..., tempat para PDPJ mangkal. Mati. Jangan-jangan nanti aku di kira salah satunya lagi. Tapi..., aku kan tidak memakai pakaian seksi.
Ku lihat ada taksi lagi, langsung ku cegat. Aku bernafas lega karena taksi itupun merapat, aku segera menghampiri tapi ada tangan lain yang lebih dulu meraih pintu taksi. Ku toleh orang itu, "hei, maaf. Aku yang mencegat taksinya!" seruku.
"Maaf mbak, aku buru-buru!" seru pria itu.
"Tapi aku yang mencegat taksinya, apa kau tahu sudah sekali mendapat satu taksi saja. Harap antri dong!"
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" seru orang itu dengan tampang sangar, seketika nyaliku jadi hilang. Meski dalam hati dongkol tapi apa boleh buat, darilada terjadi sesuatu padaku. Tapi...,
"Maaf pak, seharusnya kau mengalah pada wanita!" sebuah suara membuat kami menoleh. Mataku melebar melihat sosok itu, itu adalah pria di dalam klub tadi yang memperhatikan aku. Tampangnya cold sekali, tegas, dan matanya cukup mengancam pria yang ingin menyerobot taksiku. Entah apa yang terjadi, orang yang ingin menyerobot taksiku langsung menyusut nyalinya.
"I-I-iya bang, ma-maaf bang!" katanya lalu menyingkir terbirit. Aku tidak tahu kenapa.