Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 42

26 Februari 2016   19:01 Diperbarui: 8 Maret 2016   09:55 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pa, apa papa tahu alasan apa dari perbuatanku?"

"Apapun itu, Anthonio. Kau bukan anak kecil lagi, pikirkan dulu sebelum bertindak. Kau tahu, kau bisa mendapatkan hukuman berat dari perbuatanmu, kecuali..., Nicholas Harris mencabut tuntutannya. Kau tahu..., dia..., adalah orang yang tidak mau papa memiliki masalah!" geramnya.

Jhonatan Gusti Prawiro, ia masih berdarah Jawa, tapi istrinya orang Meksiko, tepatnya di New Meksiko. Dan rencananya, Harris Group adalah incarannya untuk ia jadikan rekan bisnis di Indonesia, tapi sekarang..., putra sulungnya mengacaukan semuanya. Jika Nicky tahu Anthony adalah putranya, tentu saja dia tidak akan mau bekerja sama dengan dirinya. Apalagi ia dengar beberapa waktu lalu Nicky baru saja memutus kerjasamanya dengan perusahaan yang Anthony dirikan sendiri di kota ini. Entah apa yang ada dalam otak anak itu. Juga sempat ada isu putranya itu mendekati istri Nicholas Harris, padahal kalau sudah membicarakan wanita biasanya ia sudah paling malas. Ia tak pernah serius menjalin hubungan dengan semua wanita yang di kencaninya. Selalu di tinggalkan setelah wanita itu benar-benar jatuh cinta padanya.

"Papa, bisa melakukan sesuatu kan!" pintanya, "I don't know!" sahut papanya lalu berbalik dan melangkah, siap meninggalkan rutan yang kini mengurung putranya.

"Papa!" panggil Anthony, "Ella era la chica que rechazó la propuesta como un poco la de tiempo en bruto!" lanjut Anthony menghentikan langkah papanya, perlahan papanya menoleh dengan tatapan tak percaya.

"Él está muerto!"

"No, él está vivo!"

Sahutan putranya membuatnya mengepalkan tinju, benarkah itu? Angannya langsung melayang ke belasan tahun lalu, mengingat semua itu, ia mengencangkan tinjunya seolah ingin membuat angin yang tergenggam hancur, melebur. Insiden itu juga menyisakan luka di hatinya, meski sebenarnya ia sudah melupakannya, tapi hal itu berdampak buruk terhadap putranya. Ia saling pandang dengan putranya, matanya seolah mengucap,"semua akan terkendali"

* * *

Setibanya di rumah, Liana langsung menuju kamarnya. Nicky mengikutinya, bertekad ingin mengajaknya bicara, entah wanita itu mau menggubrisnya atau tidak. Tapi ketika pintu kamar tinggal dua langkah lagi, pintu itu tertutup begitu rapat, membuatnya harus memutus langkahnya seketika. Itu pertama kalinya Liana menutup pintu ketika dirinya mengikuti, ia termangu menatapi pintu yang terkatup rapat itu. Berharap akan membuka dan membiarkan dirinya ikut melenyap di dalam sana, tapi pintu itu tak berderit sedikit pun.

Liana sama sekali tak mau berbicara dengannya, wanita itu hanya menggeleng dan mengangguk saja ketika di ajak bicara seperti biasanya. Di diamkan seperti itu, rupanya begitu sakit rasanya. Kalimat terakhir yang Liana tujukan padanya muncul di telinganya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun