Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 40

22 Februari 2016   13:58 Diperbarui: 25 Februari 2016   02:03 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setidaknya, aku masih bisa menghormatinya..., bahkan ku perlakukan dia seperti dewi. Aku jauh lebih bisa menghargainya, apakah..., kau juga bersedia memperlakukannya layaknya seorang putri?" tantang Rizal kembali, "atau setidaknya, hargailah dia sedikit, bukankah kau menikahinya bukan untuk kau rendahkan?"

Nicky kembali terbungkam. Kata-kata Rizal kembali menghantam dadanya, tapi semua itu benar kan? Rizal memang memperlakukan Liana seperti seorang dewi, tidak seperti dirinya.

Rizal memalingkan wajahnya, menyekanya dan menghela nafas dalam.

"Bicaralah padanya!" katanya, Nicky mengangkat matanya ke wajah Rizal yang kembali mengarahkan pandangannya, "kau datang untuk membawa pulang, iya kan?" lanjutnya. Nicky tak menyahut, hanya sedikit melebarkan mata.

"Keputusan itu ada di tangannya, bicaralah padanya..., mungkin masih belum terlambat!" sarannya, Nicky masih mematri tatapannya kepada Rizal. Pria itu tiba-tiba berubah pikiran, atau..., semua itu tadi hanya sebuah tes?

Nicky memutar kepalanya ke dalam kamar, ke arah Liana duduk meringkuk, seolah sedang melindungi dirinya dari semua yang akan mendekat. Rizal juga memandang wanita itu, yang hanya diam termangu. Meski rasanya Liana mampu mendengar sedikit percakapannya dengan Nicky saat suaranya lantang beberapa saat lalu. Atau mungkin, Liana memang menunggu Nicky datang padanya?

Perlahan Nicky membawa langkahnya mendekat ke dalam, sangat pelan karena ia tak mau Liana kaget dengan kehadirannya. Ia duduk di tepi ranjang dan menaruh sweter di tangannya ke kasur, menatap wanita itu yang masih belum memindahkan sedikitpun posisi tubuhnya. Jantungnya kembali berpacu begitu cepat, ia ingin mengucapkan sesuatu tapi rasanya lidahnya malah menjadi kelu. Ia tak tahu bagaimana memulai kata, dan semua kata yang akan ia ucapkan..., terlalu banyak, terlalu rumit, bahkan..., tidak akan cukup untuk bisa memperbaiki semuanya. Ingin sekali ia memeluk wanita itu erat, tapi ia justru tak berani melakukannya.

Ia merasa jauh lebih takut menyentuhnya sekarang di banding dulu, ia takut saat menyentuhnya ia akan lebih menyakitinya. Tapi ia tak mampu menghentikan gerakan tangannya yang terangkat begitu saja ke udara. Perlahan sekali ia mendekatkan jemarinya ke arah kepala Liana, dengan sedikit gemetaran..., ujung jemarinya menyentuh rambut di ujung dahi Liana. Mengalurkannya ke bawah hingga menyentuh goresan luka di tulang pipi wanita itu yang bisa ia rasakan, perlahan Liana bereaksi dengan sentuhan di kulitnya itu.

Ia menggerakan matanya terlebuh dahulu, lalu kepalanya pelan-pelan hingga menemukan wajah Nicky di hadapannya. Mata mereka terkunci satu sama lain, diam dalam pandang yang aneh dan janggal. Sementara Rizal hanya memandangnya saja, tapi melihat tatapan yang tercipta di antara kedua insan itu, membuatnya memutuskan untuk menyingkir. Mungkin kedua insan itu butuh waktu untuk berdua, ya, akan lebih baik begitu. Mungkin Nicky akan lebih mudah berbicara jika hanya ada mereka berdua, lagipula kedua insan itu masih terikat tali suci, mereka masih suami istri yang butuh privasi.

Rizal melangkah keluar rumah, ia tak mau memikirkan apa yang akan Nicky bicarakan. Tapi ia akan percaya Nicky akan berusaha berbicara sebaik mungkin untuk bisa meminta maaf pada Liana.

Liana masih memandang pria di hadapannya secara dalam, otaknya masih bekerja, memikirkan apakah ia sedang berkhayal atau tidak, tapi gerakan jemari Nicky yang tengah membelai lembut bekas luka di tulang pipinya itu menyadarkannya bahwa itu memang Nicky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun