"Kamu mengataiku tak bermoral, tapi kamu memacari adikmu sendiri!" makinya dengan amarah, "pergi kamu, jangan dekati Trisna lagi!"
Ku tatap dia dengan amarah lalu ku lirik Trisna yang menggeleng padaku dengan linangan airmata, lalu ku bawa langkahku menyusul mama. Ku dengar suara Trisna memanggil namaku,
"Ken, jangan pergi!"
"Biarkan dia pergi, kamu nggak seharusnya berhubungan sama dia!"
"Ken..., Ken jangan pergi, aku cinta sama kamu!"
"Trisna!"
"Tapi pa..., aku hamil!" katanya perih, dan seketika semuanya senyap. Diam. Dingin. Hanya isakan lembut Trisna yang masih bisa ku dengar lirih yang membuat hatiku pilu.
Aku dan mama saling diam selama perjalanan, mama hanya menangis saja tanpa mengucap apapun. Dan ketika sampai di rumah aku langsung melenyapkan diri di dalam kamar, diam mematung untuk sekian detik. Masih berharap semua ini hanya mimpi belaka, gadis yang aku cintai, yang telah ku tanamkan benihku di rahimnya, adalah darahku, adikku. Dadaku rasanya mau meledak, begitu sakit dan pedih. Aku tak pernah jatuh cinta dan ketika aku jatuh cinta...,
"Arghhhhh...!" ku teriakan jerit yang melengking yang ku yakin mama bisa mendengarnya, ku sambar semua barang yang ada di dalam kamar hingga berhamburan tak karuan. Ku tinju semua yang bisa ku temui sampai darah muncrat dari kepalan tinjuku, lalu aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak peduli!
Aku tak mengerti kenapa Tuhan tempatkan aku dalam garis seperti ini?
__________o0o__________