"Sore itu..., saat aku mengikuti Liana pulang. Aku melihatnya di culik beberapa orang!" akunya, Nicky melebarkan mata, menjadikan tatapannya semakin tajam.Â
"Aku mengikutinya sampai mendapatkan sebuah alamat rumah, lalu aku pergi!"
"Kau melihatnya di culik?"
Ivana mengangguk, "iya, saat itu....aku tidak mau kau mengetahuinya karena aku takut hubungan kalian akan membaik. Jadi....jadi aku mencari Rizal saja!"
"Kapan?"
"Kemarin!"
"Kemarin?"
"Tadi....., Rizal masuk ke mobilku saat aku pulang dari rumah sakit. Dia menyandra Nino, mengancam akan membunuhnya. Dia pikir aku terlibat penculikan itu, aku....aku tidak tahu apa yang di lakukan Anthony pada Liana. Tapi hal itu....membuat Rizal sangat marah!"
"Anthony?" desis Nicky seolah tak percaya, "Rizal bilang Anthony yang menculik Liana, entah apa yang di lakukannya, tapi....tapi foto yang ada di meja kerjamu itu.....itu membuktikan, bahwa Anthony telah melakukan hal yang sangat buruk terhadap Liana!" ungkapnya lagi. Ia sendiri tak bisa membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada Liana. Tapi sebagai wanita ia seperti tahu hal apa itu.
Nicky membalikan tubuhnya, menaruh kedua tangannya di meja. Menatap foto-foto yang sudah tertumpuk rapi di sudut mejanya, foto Liana di pelukan Rizal dengan baju setengah terbuka.
"Aku rasa....foto itu di ambil saat Rizal menyelamatkannya!" airmata Ivana meleleh deras, "maafkan aku Nicky, harusnya aku memberitahumu saat ku tahu Liana di culik!"