"Liana, itu sudah berlalu. Kau harus melupakannya, hanya itu yang perlu kau lakukan!"
"Melupakannya? Itu....itu....,"
"Dengar," Rizal memungut bahunya, "selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi lagi padamu," janjinya, "sekarang lebih baik kau istirahat, aku tidak mau kau sakit!" suruhnya,
* * *
Nicky memasuki ruang kerjanya untuk mengambil tasnya, tapi matanya malah menangkap sebuah amplop coklat di atas mejanya,
Kenapa pagi-pagi begini sudah ada surat?
Iapun memungut amplop itu, "Nicholas A. Harris" ada namanya yang tertera sebagai yang tertuju, tapi tak ada nama pengirimnya, iapun langsung membuka dan merogoh isinya. Begitu menyentuh isinya ia tahu kalau itu adalah lembaran foto, dan kali ini lebih dari satu. Ia tahu itu pasti surat ancaman lagi, iapun menarik foto-foto itu keluar.
Begitu isi foto itu terlihat matanya melebar seketika, ia pun melihat semua foto itu satu persatu. Dan semuanya sungguh membuat darahnya mendidih, kilatan amarah menyembul begitu saja di kolam matanya. Ia biarkan foto itu terjatuh dari tangannya, tubuhnya sedikit terhuyung. Ia sungguh tak mempercayai ini, ini sudah keterlaluan!
Iapun menyambar tasnya dan bergegas keluar dari ruangan kerjanya dengan amarah yang memuncak sampai ke ubun-ubunnya.
Â
---Bersambung.....---