Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 36

3 Februari 2016   22:11 Diperbarui: 16 Februari 2016   01:52 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya akan sedikit lama Rizal meringkus kelima orang itu sementara ia harus segera menenangkan Liana, apalagi ia tak sempat menghubungi polisi dalam perjalanan kemari setelah di beritahu Ivana karena terlalu panik dan mencemaskan Liana. Tapi ia juga tak bisa membiarkan pertarungan ini terus berlanjut terlalu lama, maka setelah ia berhasil menghempaskan Heru ke lantai ia pun berseru,

"Kalian tidak akan lolos, polisi sedang dalam perjalanan!" hardiknya, Heru terlihat cukup panik. Mendengar kata polisi ke empat lainnya ikut diam, saling pandang lalu mereka berhamburan mencoba melarikan diri. Panjul dan Rino hendak mengejar tapi Rizal melarang.

"Biarkan saja!"

"Tapi Jal, kentang nih!" protes Rino, Rizal melirik ke pintu keluar, sepertinya mereka sudah keluar dari rumah itu, "biarin aja, lagian gue juga bohong soal polisinya!" sahutnya. Rino dan Panjul akhirnya menurut, Rizal menoleh ke arah suara isakan lembut di atas sofa sementara kedua temannya memalingkan muka. Saat itulah Rino melihat sebuah handycam yang masih menyala di lantai, iapun menghampiri dan memungutnya, melihat isinya.

Rizal menghampiri Liana, keadaannya cukup mengenaskan. Rambutnya berantakan, beberapa sisi pakaiannya koyak, bahkan bagian atas bajunya setengah terbuka dan tak mungkin lagi bisa menutupi. Liana menyembunyikan wajahnya di antara tangan dan lututnya yang menyatu, bergerak-gerak kecil karena sedunya.

Refleks, Rizalpun merangkakan tangannya untuk menggapai tubuhnya tapi Liana malah tersentak kaget lalu menjerit sambil menampik-nampik tangan Rizal, "arghh..., jangan, argh....pergi, jangan...jangan sentuh aku, pergi!" teriaknya. Rizal tersentak juga tapi ia tak terlalu terkejut dengan reaksi Liana yang seperti itu. Meski begitu ia tetap mencoba meraih pundak Liana di antara penolakannya, "ini aku, Rizal!" desisnya.

Tapi Liana masih belum bisa tenang, ia masih menolak dan menjerit ketakutan, membuat Rizal terpaksa berteriak ketika berhasil meraih bahunya, "ini aku, Rizal!" teriakan Rizal membuat Liana terdiam seketika, nafasnya tak beraturan, wajah dan lehernya basah, ia sesenggukan.

"Ini aku, Rizal. Rizal!" kata Rizal melembut dengan bibir bergetar, mencoba meyakinkan Liana. Perlahan Liana mengamati wajah di depannya, memastikan apakah itu benar Rizal!

"Ri-zal!" desisnya terbata,

"Ya, Rizal!" sahut Rizal sekali lagi sambil mengangguk, bibir Liana juga bergetar saat mengulang nama itu, "Rizal...!" Rizal kembali mengangguk. Perlahan tangis Liana kembali pecah bersamaan dengan merebahnya dirinya ke tubuh pria itu, Rizal sedikit terkejut ketika Liana memeluknya, tapi ia membalas pelukan itu. Ia memeluknya sebaik mungkin agar Liana merasa aman,

"Tak apa-apa, mereka sudah pergi!" desis Rizal menghibur, setitik airmata jatuh dari pelupuknya ketika Liana mengetatkan pelukannya. Meminta perlindungannya, hatinya begitu pedih dengan keadaan wanita itu saat ini, tapi ia tetap bersyukur karena bisa datang tak terlalu lama. Karena jika ia terlambat beberapa menit saja, entah apa yang akan terjadi pada Liana, mungkin...hal yang jauh lebih buruk bisa di alami Liana, hal yang akan menghancurkannya sekali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun